Ganjar Pranowo Ungkap Cerita Haru COVID-19: Kayak Disambar Gledek Saya

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kiri) saat meninjau PPKM mikro yang dikelola dengan metode Jogo Tonggo di Desa Wirun, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Kamis, 1 Juli 2021.
Sumber :
  • tvOne/Teguh Joko Sutrisno

VIVA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menceritakan bagaimana ia dan aparaturnya berupaya mempercepat penanganan pandemi COVID-19 melalui program “jogo tonggo".

Kontestasi Tak Hanya Berebut Kursi dan Dibagi-bagi, Alasan Ganjar Tak Mau Gabung Pemerintah

Ganjar, dalam webinar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) bertajuk “Ujian dan tantangan sistem pemerintahan daerah Indonesia di tengah pandemi COVID-19,” di Jakarta, Sabtu, 10 Juli 2021, juga menceritakan tantangan yang dihadapi dengan menghadirkan kebijakan model bottom up, mikro zonasi, dan berbasis kebudayaan dan komunitas sosial itu.

“Sebenarnya yang jogo tonggo itu justru hari ini kita gencarkan kembali, kita gas lagi. Kalau pergerakan masyarakat ruangnya lebih besar, maka mereka akan bergerak ke mana-mana dan itu akan sulit dikendalikan, maka kita coba dengan mikro zonasi,” katanya.

Anies: Pakemnya yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet

Jogo tonggo merupakan inovasi pengendalian COVID-19 yang berbasis kewilayahan. Melalui Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2020, dibentuk Satgas jogo tonggo, yang memberdayakan warga hingga wilayah Rukun Warga (RW).

“Mikro zonasi inilah improvement yang kita lakukan sehingga jogo tonggo itu berjalan," kata dia.

Politisi Demokrat Heran dengan Narasi Oposisi yang Dideklarasikan Ganjar Pranowo

Faktanya, kata dia, desa memiliki PKK, dasawisma, kelompok tani, karang taruna, kiai, kelompok agama, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pendamping desa. Eksistensi komunitas-komunitas itu nyata di masyarakat.

"Sebenarnya karena ada dan hidup di masyarakat, mengapa kemudian kita tidak ajak—itulah jogo tonggo,” ujarnya.

Sesuai namanya, jogo tonggo mengedepankan partisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan COVID-19. Jika ada yang terinfeksi, maka warga dapat saling menjaga dengan memberikan perhatian, dan tidak memberikan stigma pada mereka yang tertular.

"Konsepnya sederhana saja, jagalah tetanggamu jangan kasih stigmatisasi: kamu tak kasih panduan, kamu saya training, sehingga kalau seandainya—kalau ya—nanti bantuan dari pemerintah enggak cukup, jangan ngamuk, tapi dibantu,” kata dia.

Ganjar juga bercerita tentang seorang asisten penjual sayuran yang dia temui, yang rela menyumbangkan dua ikat kacang panjang yang dimilikinya ke posko. Di tengah keterbatasan penghasilan, sang pedagang tetap berbesar hati berbagi untuk sesama.

Alasan sang asisten penjual sayuran karena merasa kasihan dan soal kemanusiaan karena banyak yang butuh makan saat ini.

“Kayak disambar gledek saya. Itu masyarakat yang kemudian dia memberikan perhatian, ada yang ngasih gelas segala, ditaruh diikat di situ. Ini butuh manajemen pakai jogo tonggo untuk me-manage kondisi-kondisi itu,” kata Ganjar.

Konsep jogo tonggo yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga menjadi salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan COVID-19 dan Pengaduan Terbaik 2020, dalam kategori Pelayanan Publik Penanganan COVID-19, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Dengan konsep itu, Ganjar berharap seluruh elemen masyarakat dapat terlibat pada penanganan pandemi beserta dampaknya. (ant)

Ganjar Pranowo bersama relawan Ganjarist.

Tanggapi Isu Prabowo Bakal Punya 40 Menteri, Ganjar Ingatkan Buruknya "Politik Akomodasi"

Ganjar Pranowo turut mengomentari soal isu kabinet Prabowo-Gibran akan ada 40 menteri. Ia mengingatkan mengenai jumlah jabatan menteri memiliki batas sesuai dengan UU.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024