BMKG: Hujan pada Musim Kemarau karena Gangguan Atmosfer

Petugas BMKG melakukan pemantauan cuaca/Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Badan Meteriologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, menyatakan intensitas hujan sering terjadi pada saat musim kemarau disebabkan anomali atau gangguan terhadap atmosfer Bumi.

BMKG Akan Pindahkan Hujan di Daerah Bencana Sumatra Barat ke Laut

"Hujan yang terjadi belakangan terakhir bahkan masih berlangsung hingga hari ini merupakan sebuah anomali atau terdapat suatu gangguan dalam dinamika atmosfer di mana terdapat peran interaksi antara lautan dan atmosfer," ujar prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Esti Kristantri, Sabtu, 10 Juli 2021.

Ia menjelaskan, beberapa gangguan atmosfer yang terpantau yaitu terdapat pertemuan massa udara (konvergensi) yang mampu meningkatkan dan mendukung aktivitas pertumbuhan awan awan konvektif yang berpotensi menimbulkan hujan lebat.

Jumlah Korban Tewas Banjir Lahar Gunung Marapi Bertambah Jadi 50 Orang, Menurut BNPB

Selain itu, adanya faktor lain berupa suhu muka laut terutama di perairan Selat Makassar bagian Selatan dan sekitarnya yang cukup hangat yang akan berkontribusi dalam percepatan pertumbuhan awan awan hujan.

"Perlu menjadi perhatian, bahwa, musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan, terdapat hujan namun intensitasnya berkurang," ujar Esti.

Kepala BMKG Ungkap Potensi Banjir Lahar Gunung Marapi Susulan yang Lebih Besar

Menanggapi pertanyaan mengapa bisa terjadi hujan lebat hingga mengakibatkan banjir pada empat wilayah seperti Kabupaten Sinjai, Bulukumba, Bantaeng dan Jeneponto, kata dia, seperti dijelaskan bahwa terdapat faktor pengganggunya di atmosfer

"Kondisi seperti ini biasanya tidak berlangsung lama, tergantung fenomena yang mengganggu atmosfer ini seberapa lama akan hilang. Dan biasanya tiga hari atau paling lama seminggu sudah kembali normal," katanya menjelaskan.

Berdasarkan prediksi akumulasi curah hujan tanggal 9-14 Juli 2021 dari BMKG, sebagian wilayah di Sulsel masih berpotensi hujan sedang hingga lebat. Selain itu, wilayah lain di Pulau Sulawesi seperti Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara juga diprediksi akan mengalami fenomena yang sama hingga lima hari ke depan.

Berdasarkan hasil monitoring prakiraan cuaca dari BMKG itu, pemangku kebijakan di daerah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu dalam rangka peningkatan kapasitas, kesiapsiagaan dan mempersiapkan mitigasi bencana.

Masyarakat juga diimbau untuk waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor maupun angin kencang.

Intensitas hujan sering kali turun hampir setiap hari dengan intensitas bervariasi, ringan, sedang hingga tinggi pada sebagian wilayah di Sulawesi Selatan. Dampaknya, empat kabupaten berdekatan masing-masing, Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba dan Sinjai mengalami banjir karena debit air sungai meluap ke permukaan.

Ribuan rumah, fasilitas kantor pemerintah, lahan kebun dan persawahan, serta kendaraan hingga hewan ternak ikut terdampak atas kejadian banjir tersebut terjadi pada Kamis (8/7/2021) hingga Jumat (9/7/2021) di empat kabupaten setempat. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya