Perjalanan Hidup Hakim Agung Prof Supandi yang Tak Diketahui

Hakim agung Prof. Supandi
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Tak banyak yang tahu soal kehiduapan salah satu hakim agung Prof. Supandi. Dia yang kini menjabat sebagai Ketua Kamar Tata Usaha Negara Mahkamah Agung tersebut menceritakan kehidupan masa kecilnya yang penuh dengan pengalaman menarik dan berkesan.

PSI Buka Pendaftaran Bagi yang Ingin Maju Pilkada, Siapa Saja Bisa Ikut

Semuanya dia tulis dan buku berjudul Bocah Kebon Dari Deli. Cerita itu dia curahkan ke penulis buku tersebut yakni Irawan Santoso. 

Perjalanan hidup Prof. Supandi, kata Irawan penuh liku, mulai dari kisah kakeknya, Ki Ibrahim yang berasal dari Desa Tlutup, Juwana, Pati, Jawa Tengah, kemudian lari ke tanah Deli. 

Anak Buah SYL Video Call Bahas 'Orang KPK' dan 'Ketua': Siapin Dolar Nanti Kami Atur

Dan bergabung dengan kisah ‘koeli kontrak’ di perkebunan Hindia Belanda. Dari sanalah Ngadimun lahir, ayah dari Prof. Supandi. Namun siapa sangka, kakek buyut Prof. Supandi adalah seorang ‘Tumenggung’ dari Keraton Surakarta. Namanya Raden Matkasan. 

Beliau salah seorang pejabat Keraton Surakarta yang terlibat aktif dalam membantu perjuangan Pangeran Diponegoro dalam memerangi kolonial Hindia Belanda dan pengikutnya.

Ratusan Karyawan PT PRLI Demo Lagi, Minta MA Lakukan Penggantian Majelis Hakim

“Riwayat perjalanan hidup saya dan leluhur saya, dari kecil sampai saat ini. Masih banyak mosaik-mosaik di dalamnya,” ujar Prof. Supandi, dalam  keterangan tertulis, Minggu 19 September 2021.

Dikisahkan juga dalam buku itu, perjalanan Prof Supandi dalam mencari jejak leluhurnya dari tanah Deli ke tanah Jawa. Karena beliau dilahirkan di Deli, Sumatera Utara, pada masa perkebunan tembakau. 

Ternyata setelah diusut, leluhur Prof Supandi berasal dari Desa Tlutup, Juwana, Pati, Jawa Tengah yang bernama Ki Tirtoleksono.

Gubernur Sumatera Utara, Letjen (Purn) TNI Edy Rahmayadi mengatakan buku Bocah Kebon Dari Deli menceritakan kisah yang benar-benar menyentuh hati. 

“Buku ini harus dibaca semua orang, terutama generasi muda, karena penuh pesan makna berharga,” katanya. 

Menurut Edy, Prof Supandi sangat menginspirasi para generasi muda. Sebab, beliau mampu meraih gelar profesor meski hidup di tengah kesulitan.

“Tidak banyak orang yang seperti mas Supandi. Yang luar biasa beliau bisa menjadi profesor, sementara yang hidupnya enak jarang jadi profesor. Buku inilah yang harus dibaca oleh orang banyak, agar lahir profesor-profesor seperti beliau. Kisah ini benar-benar menyentuh hati,” kata dia.

Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Yos Djohan Utama juga menyampaikan kisahnya tentang perjalanna hidup hakim agung tersebut.

“Buku ini sangat luar biasa, karena menceritakan kisah perjalanan Prof. Supandi yang penuh lika liku,” paparnya. 

Mantan Menteri Perumahan Rakyat, H. Djan Faridz turut memberikan komentarnya. 
“Kisah Pak Supandi ini sangat menginspirasi sekali,” ucap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya