Ngabuburit Sembari Belajar Agama dari 5 Film Religi Klasik Ini

Film religi klasik
Sumber :
  • Netflix

VIVA – Saat Bulan Ramadan, ada berbagai kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu, selain sahur, berbuka, dan Salat Tarawih, momen ngabuburit juga sudah melekat di masyarakat Indonesia.

Putri Marino Berani Mesra dengan Nicholas Saputra, Ini Reaksi Tak Terduga Chicco Jerikho!

Banyak aktivitas yang biasa dilakukan orang Indonesia saat ngabuburit. Ada yang berjalan-jalan sembari mencari takjil, bercengkrama dengan keluarga, dan sebagainya. Sejak era digital muncul, streaming film juga menjadi salah satu menu ngabuburit favorit.

Spesial di bulan Ramadan, film-film bernuansa religi menjadi sangat pas untuk ditonton. Selain menyajikan keseruan dari alur cerita, film religi juga memercikkan pelajaran dan pengetahuan agama yang bisa dipetik penontonnya.

Tanpa Dialog, Film Thriller 'Monster' Tayang di Netflix Mulai 16 Mei 2024

Dari sekian banyak film religi yang beredar di Tanah Air, ada beberapa film religi klasik yang cocok untuk ditonton sambil menunggu waktu berbuka puasa. Berikut rekomendasinya.
- Emak Ingin Naik Haji (2010)
‘Emak Ingin Naik Haji' berkisah tentang ibu miskin yang ingin naik haji. Ia hidup bersama anaknya yang duda, Zein. Mereka mempunyai tetangga berkecukupan yang hampir tiap tahun naik haji.

Cerita menguat ketika Zein merasa berkewajiban untuk membantu emaknya untuk naik haji, padahal ia hanyalah seorang penjual lukisan pinggir jalan. Konflik bertebaran dengan rapih, mulai dari sisi kontras dengan tetangganya maupun dengan pejabat yang naik haji hanya mengejar titel 'haji' semata.

Film Badarawuhi di Desa Penari Bakal Tayang di 28 Negara Bagian AS

Film ini sarat nilai agama juga mampu membuat penonton terbawa suasana haru. Film ini dapat menggugah penontonnya untuk lebih mencintai orang tua.

- Journey to Mecca (2009)
‘Journey to Mecca' bercerita tentang perjalanan haji Ibn Battuta menyusuri nyaris seluruh wilayah di Timur Tengah. Perjalanannya bahkan disebut melebihi dari Marco Polo, asal Italia.

Untuk sampai ke Tanah Suci, Ibn Battuta dikisahkan melalui kawasan pantai utara Afrika, Persia, Cina hingga Andalusia.

- Ayat-ayat Cinta (2008)
Bercerita soal Fahri bin Abdillah, pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Dia Berjibaku dengan panas-debu Mesir, berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup, dan bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusias kecuali satu: menikah.

Selama di sana, Fahri bertemu dengan tiga wanita cantik yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Namun, hati Fahri hanya tertuju pada seorang gadis Indonesia bernama Maria Girgis yang juga kuliah di Kairo. Namun, cinta mereka dihadapkan pada berbagai rintangan seperti perbedaan agama, budaya, dan bahasa.

Film ini mampu menarik perhatian penonton dengan sentuhan religius dan drama romantis yang membuat penonton terbawa emosi.

- Sang Pencerah (2010)
Sang Pencerah mengangkat kisah perjuangan tokoh bangsa, Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Tapi, dia harus menemui berbagai tantangan dan mendobrak stigma di masyarakat saat itu.

Melalui suraunya, Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman Jogja. Hal itu mengakibatkan kemarahan seorang kiai penjaga tradisi, Kiai Penghulu Kamaludiningrat sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat.

Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kiai kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda. Selain itu, Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kiai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Boedi Oetomo.

Namun, beragam kesulitan itu tak menyurutkan niat baik Ahmad Dahlan. Di kemudian hari, ia membentuk Muhammadiyah yang bertujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai zaman.

- Sang Kiai (2013)
Film ini mengangkat kisah para pejuang Indonesia terhadap penjajah Jepang. Berawal pada tahun 1942 saat Jepang melakukan emansipasi ke Indonesia. Beberapa kiai ditangkap karena melakukan perlawanan terhadap penjajah Jepang.

Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih, melarang lagu Indonesia Raya, dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada Matahari).

Sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, KH Hasyim merupakan salah satu ulama yang paling dihormati dan berpengaruh di tanah Jawa. Ia menjadi tokoh sentral dalam film ini. Dia ditangkap karena menentang keinginan penjajah Jepang, KH Hasyim Asy'ari menganggap peraturan tersebut melanggar akidah Islam.

Para santri yang mengetahui gurunya tersebut ditangkap oleh penjajah Jepang tidak tinggal diam termasuk sang putra KH Wahid Hasyim. Mereka berusaha mencari cara untuk membebaskan sang kiai dari tangan penjajah. Setelah waktu yang cukup lama dan panjang akhirnya KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan.

5 film di atas bisa menjadi opsi tontonan menarik sekaligus mendidik di bulan Ramadan. Dukungan internet cepat milik Telkom Indonesia, bisa diandalkan untuk mengakses hiburan hingga pengetahuan masyarakat. Termasuk meramaikan momen berkumpul dengan keluarga menyaksikan bersama film seputar religi dari Netflix di IndiHome TV. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya