Fahri Hamzah: Prabowo Subianto Paling Potensi Jadi Tokoh Rekonsiliasi

Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan polItikus PDIP Budiman Sudjatmiko.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan bahwa pemilihan presiden (Pilpres) 2024 ini bisa jadi momen paling tepat untuk melakukan rekonsiliasi nasional.

PAN soal Kursi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran: Kami Nggak Pakai Jatah-jatahan

Menurutnya, Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi salah satu tokoh yang paling cocok untuk menjadikan rekonsiliasi nasional dibandingkan calon presiden lainnya.

"Semangat pada persatuan bangsa, jadi modal penting yang dimiliki Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilpres 2024," ujar Fahri Hamzah dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 22 Juli 2023.

PAN Nilai Wacana Prabowo Bentuk Presidential Club Bakal Sulit Diwujudkan

Fahri Hamzah menjelaskan bahwa sosok Prabowo dinilai merupakan tokoh yang sabar dan ikhlas dengan segala macam tuduhan yang pernah dilakukan kepadanya dalam 25 tahun terakhir.

"Sebagai contoh, masuknya Budiman Sujatmiko mendukung Prabowo Subianto, menunjukkan bahwa adanya niatan untuk menghentikan kecurigaan dan fitnah kepada Prabowo seperti selama ini," ucapnya.

Prabowo-Gibran Menang, Relawan: Program Harus Jalan dan Sampai ke Masyarakat

Ketua Dewan Pembina DPN HKTI Prabowo Subianto

Photo :
  • istimewa
Kemudian, Fahri menuturkan bahwa calon Legislatif (Caleg) Partai Gelora untuk daerah pemilihan atau Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I ini, menyamakan jalan politik Prabowo Subianto dengan Anwar Ibrahim yang kini menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia dan Nelson Mandela dari Afrika Selatan. 

Anwar Ibrahim, dalam perjalanannya menuju pucuk kepemimpinan di Malaysia sebagai perdana menteri, dijegal dengan berbagai tuduhan.

"Ia (Anwar Ibrahim) kemudian dihukum penjara selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad, yang juga pernah menjadi mentornya," kata Fahri.

Sementara itu terkait dengan kemiripannya dengan Nelson Mandela, kata Fahri, karena Prabowo termasuk orang yang disalah pahami dan terus menerus untuk coba disingkirkan dari politik, sehingga dia membangun politiknya sendiri.

"Dan sekarang ini, waktunya dia untuk dipilih karena dia memiliki memori sejarah yang kuat tentang politik Indonesia, sehingga menjadi modal dia melakukan rekonsiliasi," beber Fahri. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya