Kiai Bojonegoro Tolak Seruan Boikot Produk Pendukung Israel

Ketua FKUB Bojonegoro, KH. Dr. Tamam Syaifuddin
Sumber :
  • Dewi Rina (Bojonegoro)

Bojonegoro – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyampaikan sikap tidak sependapat terhadap anjuran "boikot" produk pendukung Israel dan sekutunya yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). FKUB berpendapat bahwa langkah tersebut dapat merugikan bangsa dan ekonomi umat.

Baba Vanga Ramal Perang Dunia III Akan Terjadi, Gegara Konflik Iran-Israel?

Ketua FKUB Bojonegoro, KH. Dr. Tamam Syaifuddin, mengajak berbagai pihak dan masyarakat untuk mengadopsi pemikiran yang jernih dan sikap yang lebih matang dalam menyikapi dinamika konflik Israel dan Palestina.

Menurut Kiai Tamam, perang yang terjadi bukanlah perang agama atau ideologi, melainkan perang dagang dan ekonomi global yang melibatkan tidak hanya Israel tetapi juga sekutunya. Oleh karena itu, seruan boikot produk pendukung Israel yang dikeluarkan oleh MUI dianggap berlebihan.

Kampus-kampus di Amerika Serikat Banyak Demo, PM Israel Merasakan Ini

Ketua FKUB Bojonegoro, KH. Dr. Tamam Syaifuddin

Photo :
  • Dewi Rina (Bojonegoro)

"Menurut pengamatan kami, itu bukan perang agama atau ideologi, namun perang dagang dan ekonomi global karena itu tidak hanya melibatkan Israel tetapi sekutunya juga terlibat semuanya," ujar Kiai Tamam, yang juga pengasuh Ponpes Modern Al Fatimah Bojonegoro, Minggu (19/11/2023).

Hamas Melunak, Setujui Konflik dengan Israel Pakai Solusi Ini

KH Tamam menekankan bahwa sebagian besar produk yang diboikot diproduksi di Indonesia, sehingga seruan boikot tersebut berdampak pada perusahaan dengan penurunan omzet dan pengurangan karyawan.

"Ketika ada seruan seperti itu, dampak ekonomi dan sosialnya luar biasa. Contohnya, produk Nestle saat ini mengalami PHK besar-besaran, dan tenaga kerjanya adalah orang Indonesia dan muslim," ungkap Kiai Tamam.

Minimarket mulai singkirkan produk pro Israel.

Photo :
  • Andrew Tito/VIVA.

Sebaliknya, produk Indonesia yang memiliki pasar ekspor, seperti di Bojonegoro, mengalami penurunan omzet hingga 30 persen.

FKUB Bojonegoro berharap agar MUI dan tokoh agama melakukan evaluasi terkait kebijakan ajakan boikot tersebut, dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. FKUB mengajak masyarakat untuk bersama-sama berdoa agar perdamaian dapat segera terwujud dan konflik dapat berakhir. (Dewi Rina/Bojonegoro)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya