- ANTARA/Yudhi Mahatma
VIVAnews - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengecam pengiriman paket bom yang ditujukan terhadap aktivis Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla. Tindakan itu, menurut AJI, mengancam kebhinnekaan Indonesia yang diatur oleh dasar negara.
Dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua Umum AJI, Nezar Patria, AJI Indonesia menilai teror bom tersebut adalah serangan brutal terhadap kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi. Ulil Abshar Abdalla dikenal sebagai pemikir Islam yang kritis, dan gigih menganjurkan keberagaman Indonesia.
“Dari paket yang dikirimkan, si pelaku jelas bertujuan membungkam Ulil dengan cara membunuhnya,” kata Nezar.
Teror terhadap kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi adalah ancaman bagi demokrasi. Untuk itu, AJI mendesak polisi mengusut tuntas dan menemukan pelakunya. “Kasus ini harus diungkap tuntas. Serangan terhadap penganjur kebhinekaan, adalah pukulan keras bagi dasar kenegaraan kita. Republik Indonesia yang demokratis kini dalam bahaya,” ujar Nezar Patria.
AJI Indonesia mengingatkan kepada semua pihak menjaga dan merawat keberagaman, dan menjunjung azas demokrasi. Aksi kekerasan terhadap orang berbeda pendapat hanya akan menghancurkan sendi paling pokok dari Republik Indonesia yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Kebebasan berpendapat dan kebebasan pers adalah dua sisi dari satu mata uang. Tak ada kebebasan pers, tanpa kebebasan berpendapat.
Sementara itu, Yenny Wahid, Direktur The Wahid Institute, menyatakan paket bom itu ancaman bagi tertib hukum. Yenny mendesak Kepala Kepolisian segera menangkap pelaku dan memprosesnya sesuai hukum.
"Mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar memberikan perintah tegas kepada para penegak hukum untuk melindungi hak-hak setiap warga negara agar terbebas dari tindakan teror, intimidasi dan tindakan apapun yang merusak tatanan hukum yang berlaku," kata Yenny Wahid dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, Rabu 16 Maret 2011.
Paket bom itu diterima di kantor Komunitas Utan kayu Jl. Utan kayu No. 68H, Jakarta Timur pada 15 Maret 2011. Tempat itu sekaligus adalah Kantor Berita Radio 68H.
Paket itu berisi buku tebal yang telah ditanam alat peledak di dalamnya, dan meledak sesaat petugas Polri mencoba menjinakkannya. Dua orang terluka, termasuk seorang perwira polisi yang berupaya menjinakkan bom itu.