NII Dulu Tak Pernah Minta Uang

Bendera NII ( Negara Islam Indonesia )
Sumber :
  • picasaweb.google.com

VIVAnews - Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) rupanya berbeda dengan NII sekarang ini. Gerakan NII saat itu hanya untuk membangkitkan ideologi Kartosuwiryo.

"Saya jadi anggota NII tidak ada beban tidak keluar uang. NII waktu itu adalah untuk membangkitkan ideologi Kartosuwiryo," kata mantan anggota NII, Nasir Abas, di Hotel Maharadja, Senin, 23 Mei 2011.

Nasir menambahkan, saat itu NII mengirim orang latihan militer di Afganistan untuk kembali ke Indonesia dan memperjuangkan NII. Namun, di sana tidak pernah diajarkan membunuh warga sipil.

Para teroris yang pernah mendapatkan latihan militer di Afganistan, kata Nasir, mereka terpengaruh dengan ajakan Osama Bin Laden pada tahun 1998, "Nasehat dan Wasiat Untuk Umat Islam".

"Kalau itu dibaca pasti akan yakin apa yang disampaikan Osama adalah benar dengan membunuh warga sipil dan tentara Amerika dan sekutunya. Agenda berubah menjadi menjalani misi Osama" jelas Nasir.

Nasir menambahkan, setelah bom Bali 2002 polisi sudah menemukan jaringannya, kemudian Jamaah Islamiah melemah. Tapi bukan berarti tidak ada, Jamaah Islamiah masih ada.

"Saat ini yang terjadi bukan lagi JI atau NII, tapi personal. Tapi bukan berarti sendiri-sendiri. Yang terjadi di Cirebon yang dilakukan Syarif yang mempersiapkan bom saya yakin dia tidak sendirian ada kelompoknya" terang dia.

Soft power

Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Anti Terorisme Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas), Wawan H Purwanto, mengatakan segala macam penindakan kepada terorisme ini sudah cukup dilakukan. Sekarang saatnya menggunakan soft power, yaitu dengan melakukan pendekatan lunak.

"Penindakan itu hanya salah satu komponen saja, tapi kita perlu soft power juga, perlu pendekatan-pendekatan. Misalnya anaknya Abu Dujana, dia takut saat terjadi penindakan sama ayahnya," ujar Wawan.

Intinya, penanganan jangan sampai ada trauma. Sebab, kalau tidak ada reedukasi maka akan timbul dendam. "Ada unsur traumatis dan mencekam saat orang tuanya di tangkap atau ditindak." kata Wawan.

Wawan menambahkan, penanganan deredikalisasi di Indonesia masih jauh dari harapan. Untuk melakukan penanganan terorisme ini, tidak hanya dilakukan tindakan-tindakan dari Densus semata, namun seluruh elemen masyarakat juga harus ikut terlibat, seperti Ulama.

Bahkan saat ini, kata Wawan mereka merekrut orang-orang yang punya uang, seperti NII. Ini menunjukkan masalah teroris akan terus berkembang. Degradasi ini seperti ini terjadi semenjak reformasi, hal ini karena reformasi sudah kebablasan dan masuk ideologi baru yang mengedepankan kekerasan.

Misalnya masuknya buku-buku yang mengajarkan kekerasan dan kemudian dibaca oleh anak-anak lalu timbul rasa emosional. "Kalau seperti ini, filter sangat penting kalau tidak akan muncur bomber freelance" kata Wawan. (eh)

Menkeu Sebut Jumlah Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 180,9 Triliun
Menteri Sosial Tri Rismaharini

Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik

Pakar komunikasi politik mengatakan sosok Menteri Sosial Tri Rismaharini cukup populer di Jawa Timur tetapi elektabilitasnya tidak setinggi Khofifah Indar Parawansa.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024