- AP Photo
VIVAnews - Pasca bentrok antarkelompok warga di kota Ambon, ratusan warga yang berasal dari Kelurahan Wainitu Kecamatan Nusaniwe masih memilih bertahan di lokasi pengungsian.
Salah satu lokasi pengungsian yang ditempati warga adalah Tempat Hiburan Rakyat (THR) yang kini sedang dalam tahap renovasi total karena akan dijadikan sebagai tempat dilangsungkannya Musyabaqah Tilwatil Qur'an (MTQ) Tingkat Nasional 2012 mendatang.
Selain menempati lokasi yang nantinya dijadikan tempat pembukaan MTQ tingkat nasional itu, para warga juga memilih mengamankan harta benda dan keluarga mereka di berbagai fasilitas umum lainnya semisal masjid dan sekolah.
Ketua RT.001/02 Kelurahan Wainitu, Yanto Alim yang juga ikut rombongan pengungsi mengaku masih akan bertahan di lokasi pengungsian karena pemerintah belum juga memberikan jaminan keamanan berupa mendirikan pos keamanan yang baik dan netral di sekitar perbatasan daerah mereka.
Menurut Alim, seluruh warga juga belum akan kembali ke rumah masing-masing ketika aparat penegak hukum tidak bersikap tegas kepada para perusuh yang membakar rumah mereka. Sebab, untuk kesekian kalinya ratusan warga yang mendiami daerah tersebut selalu menjadi bulan-bulanan para perusuh.
"Karena daerah dan rumah kami ini sudah terbakar berulang kali, ketika terjadi konflik beberapa tahun lalu, rumah-rumah kami juga dibakar. Kini rumah kami juga dibakar, kami minta jaminan keamanan yang pasti," pinta Alim kepada VIVAnews.com, di Ambon Selasa 13 September.
Selain itu, para pengungsi juga berharap agar rumah mereka yang terbakar secepatnya bisa direnovasi oleh pemerintah kembali jika tidak maka para pengungsi akan tetap berada di lokasi-lokasi pengungsian hingga batas waktu yang tidak menentu.
Berdasarkan pantauan, keberadaan pengungsian di berbagai sarana umum ini tidak terlalu efektif untuk ditempati karena akan sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Misalnya saja pembangunan tempat MTQ Tingkat Nasional yang kini masih dalam tahap renovasi.
Jika para pengungsi tetap berada di bilik-bilik ruangan yang ada, pastinya akan tetap mengganggu aktivitas pengerjaan bangunan bernilai miliaran rupiah itu. (Laporan: Abdul Karim | Ambon) (adi)