Jangan Gunakan Kata 'Konflik' Gambarkan Ambon

Kerusuhan Ambon 11 September 2011
Sumber :
  • Antara/ Izaac Mulyawan

VIVAnews - Tokoh agama Romo Benny Susetyo meminta, media massa tidak terjebak dalam istilah 'konflik' terkait persoalan di Ambon.

Menurut Romo Benny, yang menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia, kejadian di Ambon beberapa waktu lalu tidak mengerikan seperti yang digambarkan.

"Kejadian tidak separah itu, ini hanya kejadian kecil, jangan dibesar-besarkan. Persoalannya, apapun, harus diingat etika media massa," katanya dalam diskusiĀ  'Kerusuhan Ambon dan Papua; Akar Penyebab dan Pemecahannya,' di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 15 September 2011.

Selain itu, Benny mengatakan pihak kepolisian juga harus berani mengakui kelambanan mereka dalam menangani sumber permasalahan kerusuhan yang menyebabkan sembilan korban meninggal itu.

Penyebaran SMS dan provokasi dengan begitu cepat menyebar kemasyarakat tanpa bisa dicegah dengan efektif oleh aparat keamanan.

"Tapi kenapa polisi tidak bertindak. Sebenarnya ada sesuatu, something wrong. Bukan kesalahan masyarakat, tapi sabotase tertentu," lanjutnya.

Oleh karenanya, agar tidak menjadi kerusuhan yang besar, dia menuntut aparat berwajib segera melakukan investigasi untuk mengungkap dan menindak aktor dibalik provokasi di Ambon.

Dia juga mengajak masyarakat belajar dari konflik yang terjadi pada 1999. Kultur adat Ambon harus dijadikan dasar untuk menghindari kekerasan dan adu domba antar sesama masyarakat di Ambon.

"Kemampuan komunitas masyarakat, lintas agama, kaum muda, ibu-ibu dan perempuan sangat efektif mengatasi isu dan provokasi," ucapnya.

Hal senada diungkapkan anggota delegasi pertemuan Malino II, Thamrin Elly. Ketua Delegasi Muslim dalam pertemuan Malino II itu menyatakan, istilah konflik tidak tepat untuk menggambarkan situasi di Ambon saat ini.

"Saya melihat ini tidak konflik, dan tidak ada unsur agama. Ini ada seorang warga yang meninggal di bawa ke kepolisian, apa hubunagnnya dengan agama. Tidak ada yang prinsipil," kata Thamrin saat berbincang dengan VIVAnews.

Thamrin lebih setuju jika menggambarkan situasi Ambon saat ini merupakan sebuah kerusuhan. Bukan konflik. Tapi, jika tiba-tiba insiden ini dibawa-bawa ke agama, justru harus jadi pertanyaan besar.

"Nah ini ada yang memainkan. Saya berani mengatakan itu, ini konspirasi elit politik untuk tujuan tertentu," ujarnya.

Namun, Thamrin tidak bersedia menyebutkan siapa yang diduga menjadi dalang atas insiden yang berujung kerusuhan di Ambon, Minggu 11 September 2011. (adi)

Aksi Pro-Palestina di AS, Joe Biden: Tidak Boleh Ada Anti-Yahudi
Tarsum, Tersangka kasus pembunuhan mutilasi di Ciamis diamankan Polisi

Terungkap, Ini Hasil Tes Kejiwaan Suami Mutilasi Istri di Ciamis

Hasil pemeriksaan kejiwaan terhadap Tarsum (51), suami di Ciamis yang memutilasi istrinya sendiri, Yanti (44), di RSUD Ciamis mengharuskan pelaku dirujuk ke RS Jiwa.

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024