- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Rencana Basarnas menggunakan crane dalam proses evakuasi dibatalkan. Pembatalan itu ditegaskan oleh Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo siang tadi.
Daryatmo menuturkan, pembatalan itu dilakukan setelah melalui serangkaian pertimbangan keselamatan. Pihaknya khawatir aktivitas penggeseran struktur jembatan justru akan mendatangkan masalah lagi.
Menurutnya, pertimbangan terbesar adalah enam crane yang rencananya akan digunakan untuk mengangkat nanti tidak bisa bergerak secara bersamaan. Kalau itu sampai terjadi, crane dikhawatirkan patah dan justru mendatangkan masalah baru.
“Pertimbangan kami adalah, crane tidak mampu. Masalah lain, untuk proses pengangkatan menggunakan crane memerlukan waktu lagi. Karena harus ada alat pendukung lain,” kata Daryatmo, Senin 28 November 2011.
Akhirnya, kata Daryatmo, rapat yang digelar oleh tim gabungan Basarnas memutuskan penggunaan crane tidak jadi dilakukan. Proses evakuasi akan diusahakan dengan cara penyelaman. Waktu penyelamannya kapan akan ditentukan kemudian dengan pertimbangan kondisi perairan.
“Untuk masalah penyelaman, masalahnya masih terdapat pada jarak pandang yang zero. Penyelam hanya bisa meraba di dalam air,” ujarnya.
Untuk keamanan proses penyelaman, tim tekhnis Pekerjaan Umum (PU) sudah memberikan garansi bahwa struktur jembatan yang tersisa aman. Artinya, penyelam bisa berada di bawah struktur jembatan itu tanpa takut runtuh.
“Walaupun begitu, struktur sisa jembatan itu akan diperkuat oleh PU,” jelasnya. “PU akan melakukan pengelasan terhadap struktur jembatan itu. Pengelasan menggunakan pontoon,” tambah jenderal bintang tiga itu.
Dari enam tiang yang rencananya akan digunakan untuk menggeser struktur jembatan. Siang tadi sebenarnya sudah ada dua crane yang datang. Satu crane stand by sejak hari kedua, sedangkan satu crane baru datang siang tadi. Crane yang datang siang tadi dipulangkan kembali. Jadi, di lokasi saat ini hanya ada satu crane yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga.
Laporan: Ikram | Kalimantan Timur