Konser Duka Punkers Aceh

Razia penertiban anak Punk di Aceh
Sumber :
  • REUTERS/ Stringer

VIVAnews –Sabtu pekan lalu anak Punk di Banda Aceh punya hajatan besar. Mereka menggelar konser amal bertajuk ‘Aceh for the Punk’ di Taman Budaya Banda Aceh. Karena even ini merupakan pertama di Aceh usai masa konflik bersenjata, mereka mengundang para punkers lain dari beberapa daerah lain.

Malam itu pula lah nasib tragis menimpa para Punkers di Aceh. Konser musik mereka itu dibubarkan polisi.

Mereka dituding memalsukan izin keramaian. Satu per satu para pengunjung konser itu ditangkapi. Ada juga yang dipukuli dengan pentungan, dan rambut para Punkers potongan mohawk itu dijambak Polisi.

“Kami dipukuli seperti binatang, padahal kami tidak membuat keonaran. Soal izin kami memang tidak menyebutkan bahwa kami anak Punk, tapi kami membawa nama Komite Anak Aceh,” cerita Juanda, salah seorang Punkers kepada VIVAnews.com di Banda Aceh, Kamis 15 Desember 2011 malam.

Juanda lolos dari penyergapan itu. Sementara 65 temannya yang lain harus mendekam di Polresta Banda Aceh, sebelum pada Selasa Siang mereka diberangkatkan ke Sekolah Kepolisian Negara (SPN) di Seulawah Aceh Besar, sekitar 60 kilometer dari Banda Aceh.

Di sana akan mendapatkan pembinaan. Alasannya, selama ini penampilan mereka kumal, dan tak terurus seperti gembel, dianggap meresahkan dan merusak pemandangan. Penertiban kaum Punkers ini bertujuan untuk meminimalisir masuknya aliran sesat yang dapat menggangu penerapan syariat islam di Aceh. Sekitar 65 orang ditangkap itu berasal dari Banda Aceh, Lhokseumawe, Tamiang, Takengon, Sumatera Utara, Lampung, Palembang, Jambi, Batam, Riau, Sumatera Barat, Jakarta dan Jawa Barat.

“Ini untuk meminimalisasi ajaran sesat, dan perilaku menyimpang dari norma dan agama. Jika kita biarkan, perilaku mereka akan mempengaruhi generasi muda Aceh,” Kata Wakil Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal.

Selama 10 hari Punkers yang digaruk itu diisolasi. Telepon genggam mereka disita sementara. Rambut mohawk mereka dicukuri. Untuk 5 orang gadis Punkers, mereka dipangkas pendek layaknya rambut polisi wanita. Setelah rambut mereka dicukur, mereka diceburkan ke kolam.
 
“Itu sangat tidak manusiawi, hak mereka dikangkangi. Kalau untuk alasan pembinaan kenapa harus di tempat latihan polisi. Kan bisa dipanti rehab sosial, atau pesantren. Saya sedih melihat foto mereka di koran, saya tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Juanda dengan suara meninggi.

Juanda tak terima mereka dikatakan merusak syariat. Pasalnya selama ini mereka tidak melakukan tindakan kriminal, atau melanggar norma agama. kata Juanda, komunitas Punkers Aceh itu sering juga terlibat dalam aksi simpatik dan kegiatan sosial.

“Kalau ada yang mabuk-mabuk itu kan cuma satu dua orang, kenapa pulak harus semuanya yang dibasmi. Anak Punk di Banda Aceh ini bukan gelandangan, saya sendiri kuliah dan kami bukan anak-anak yang tidak punya pendidikan,” ujarnya.

Juanda bilang, komunitas Punkers Aceh sudah ada sejak pertengahan tahun 80-an. Saat konflik berkecamuk, para Punkers Aceh berhenti menggelar pertunjukan musik. Sabtu malam itu sebenarnya diharapkan menjadi malam kebangkitan para pencinta musik Punk di Aceh.

Saat ini ada dua kelompok Punk di Banda Aceh. Mereka sering berkumpul disekitar tanggul Krueng Aceh di Kuta Alam, dan di sekitar kawasan Museum Tsunami di kawasan Blang Padang Banda Aceh. “Kami belajar bersama, buat lagu, diskusi. Kalau kami tidak ada duit memang kami ngamen, itu pun cuma sebatas untuk beli nasi saja,” katanya.

Menurut Juanda, saat ini mereka sedang menyusun kekuatan dengan memanfaatkan jaringan aktivis sipil di Aceh untuk meminta teman mereka yang diisolasi itu dibebaskan. Pasalnya penangkapan para Punkers itu dinilai tak berdasar. “Kalau yang melanggar syariat seperti di salon, dan yang berjoget-joget sampai larut malam itu, kenapa tidak ditangkap? Kami tidak terima teman kami diperlakukan seperti itu.” (Laporan Riza Nasser, Banda Aceh)

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions
Anang Hermansyah dan Ghea Indrawari

Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen

Anang Hermansyah mulanya menanyakan berapa usia Ghea Indrawari. Suami Ashanty tersebut nampak keheranan karena sampai kini Ghea Indrawari belum punya pasangan.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024