- verouden.pijnackerweb.nl
VIVAnews -- Kata maaf sudah terucap dari Pemerintah Belanda kepada para janda korban pembantaian Rawagede, pun kompensasi total sebesar Rp2,1 miliar. Sebuah bukti kemenangan perjuangan panjang menuntut keadilan atas kekejaman yang terjadi pada 64 tahun lalu.
Keberhasilan kasus Rawagede menginspirasi perjuangan para korban kebengisan tentara Belanda di masa lalu. Sembilan janda korban aksi pembantaian Westerling akan mengajukan gugatan serupa kepada Pemerintah Belanda.
Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB), Jeffry Pondaag dan pengacara Belanda yang juga mendampingi korban Rawagede, Liesbeth Zegveld, telah berkunjung di desa Supa, Sulawesi -- menemui para keluarga korban.
"Mereka terutama membutuhkan pengakuan terhadap penderitaan yang dialami serta permintaan maaf," kata Zegveld seperti dikutip dari harian Trouw, dan dilansir situs Radio Nederland Siaran Indonesia, Selasa 20 Desember 2011.
Sementara, Pondaag mengatakan, Belanda seharusnya mengambil prakarsa untuk memberi ganti rugi kepada sanak keluarga korban.
Pembantaian Westerling terjadi pada Desember 1946 sampai Februari 1947, bermula saat Depot Speciale Troepen (123 pasukan) di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling mendapat perintah untuk memulihkan kekuasaan Hindia Belanda di Sulawesi Selatan.
Dengan alasan mencari 'kaum ekstremis', 'perampok', 'penjahat', dan 'pembunuh' -- Westerling masuk ke kampung-kampung. Siapa yang dianggap berbahaya bagi Belanda, dibunuh.
Metodenya tak hanya menggunakan berondongan senapan. Dalam sebuah buku yang ditulis Horst H. Geerken, tak hanya menginstruksikan tembak tengkuk -- sebuah metode cepat dan mematikan untuk membunuh, komandan pasukan khusus Belanda itu juga menginstruksikan penggal kepala. "Ratusan karung sarat penggalan kepala dilarung ke laut untuk menghilangkan identitas," demikian isi buku Horst yang dikutip Indonesian Voices.
Selama kurun waktu itu, pasukan Westerling membunuh ribuan orang. Penelitian yang dilakukan Belanda memperkirakan jumlah korban antara 3.000 hingga 5.000 orang. Sedangkan pihak Indonesia menyatakan 40.000 jiwa. Namun Westerling sendiri berkilah, menyebut korban 'hanya' 600 jiwa.
Kembali ke soal gugatan, menurut saksi mata, lebih dari 200 pria desa Supa, yang dianggap bekerjasama denga
n pemberontak, ditembak mati oleh pasukan Westerling. Para pria itu dikumpulkan di lapangan dan kemudian dieksekusi satu per satu.
"Sejumlah janda masih takut untuk menceritakan kejadian itu," kata Pondaag. "Mereka trauma dan takut akan ada balas dendam."
Baca juga: Kuburan Massal di Bawah Monumen Westerling
(eh)