Diusir, Bayi Orangutan Ini Terkena Parang

Bayi orangutan dalam perawatan di Surabaya
Sumber :
  • Antara/Eric Ireng

VIVAnews - Ingatan Husein melayang ke masa sekitar dua bulan lalu. Saat itu ia dan sejumlah pekerja lainnya sedang memeras keringat membuka lahan untuk perkebunan di Kampung Wadongkak Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak.

Tiba-tiba matanya menjumpai dua mahluk berbulu coklat kemerahan di atas pokok kayu, induk Orangutan dan bayinya. "Itu kali pertamanya saya menjumpai orangutan secara langsung," kata dia saat ditemui di rumahnya, di Gang Beringin 1 Jalan Khatulistiwa Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara, Selasa 28 Agustus 2012.

Para pekerja lalu mengusir mereka. "Pohonnya ditebang, induknya lari. Kami sempat mengejar," tambah pria 54 tahun itu.

Si induk berhasil meloloskan diri, tapi siapa sangka, parang yang diacungkan untuk mengusir justru mengenai orangutan muda yang masih amat kecil. "Kena parang nih orangutannya di bagian kepala," dia menceritakan.

Prihatin melihat bayi orangutan kecil yang bersimbah darah, Husein memutuskan untuk merawatnya. Sudah dua bulan orangutan muda itu ia rawat di rumahnya. "Sampai sekarang induknya belum ketemu," kata dia.

Biaya perawatan hewan malang itu ia tanggung sendiri. "Sampai saat ini belum ada  pihak terkait yang datang ke rumah saya," beber  pria, yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini.

Sejak ia memelihara orangutan itu, banyak warga sekitar yang datang ke rumahnya untuk melihat kondisi hewan tersebut. Tempat tinggalnya selalu padat dikunjungi sejumlah warga.

Sementara cucu Husein, Yulan, yang baru berusia 6 tahun tak mau ketinggalan ikut merawat orangutan yang diduga berusia 2 bulan itu. "Orangutannya diberi nama Riki. Saya yang ngasih minum susu dan mengganti popok," ucap bocah itu, tersenyum.

Kerabat Husein, Julipen Vinsen, mengaku prihatian dengan kondisi orangutan yang belum pulih benar itu. "Kami dalam waktu dekat akan mengembalikan orangutan ini ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat agar dipelihara secara baik," kata dia.

Keputusan itu adalah yang terbaik, buat si bayi orangutan, juga manusia. "Sebab setahu saya, merawat orangutan juga bisa berdampak pada kesehatan manusia juga. Penyakit hepatitis misalnya bisa menular dari orangutan ke manusia, juga sebaliknya," tambah dia.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Sebelumnya, seekor orangutan jantan diperkirakan berusia 17 tahun terluka bakar parah. Pohon kelapa di pemukiman warga yang jadi tempatnya berpijak disulut api oleh warga, untuk mengusirnya. Ia terpaksa kabur ke perumahan manusia karena habitat aslinya menyempit akibat ekspansi hutan tanaman industri dan perkebunan.

Secara terpisah, Manajer Program World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia program Kalimantan Barat, Hermayani Putera, mengatakan, warga sebaiknya tidak menangkap dan memelihara orangutan. Sebab, hewan itu dilindungi.

Yang lebih disayangkan, dia menambahkan, seringkali warga yang tidak mengerti menganggap spesies mamalia itu sebagai hama. Akibatnya, kata Hermayani, orangutan kerap dibunuh.

"Kalau  pun itu ada karena faktor ketidaktahuan, karena orangutan ini dianggap hama karena ganggu lahan masyarakat. Karena itu wajib bagi setiap orangutan untuk dilindungi,"  kata dia.

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024