BNPT Sulit Pantau Mujahidin Indonesia di Negara Konflik

Mujahidin Suriah gunakan iPad untuk meluncurkan serangan
Sumber :
  • REUTERS/ Mohamed Abdullah
VIVAnews
Waspada Beli Mobil Bekas yang Dipasang GPS oleh Penjualnya, Modus Baru Pencurian Mobil
- Banyak warga negara Indonesia (WNI) menjadi mujahidin di wilayah konflik. Menurut Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri, Tatang Razak, ada sekitar 50 WNI menjadi mujahidin di Suriah.

Polri Bongkar Penyelundupan 91.246 Benih Lobster di Gudang Bogor

Namun menurut Deputi Penindakan Badan Nasional Terorisme (BNPT), Arief Darmawan, masih banyak lagi mujahidin Indonesia yang berjuang di berbagai medan pertempuran.
Buru 3 Buron Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon, Kombes Surawan Bakal Lakukan Ini


BNPT kata Arief, menunjukan perhatian khusus terhadap mujahidin ini mendapatkan perhatian khusus dari lembaganya. Karena banyak pejuang yang berada di belakang berbagai aksi teros di Indonesia.

"Kita mengawasi mereka. Namun itu sangat sulit sekali. Mereka masuk wilayah konflik dan tidak diketahui dari mana. Kita mengetahui keberadaan mereka setelah ada laporan dari negara tersebut. Begitu juga saat mereka kembali," ujarnya usai diskusi "Catatan Akhir Tahun Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme, dan Antisipasi Potensi  Radikal Terorisme di Tahun Politik 2014," di Cikini, Jakarta, Kamis 19 Desember 2013.

Arief menambahkan, hingga hari ini BNPT tidak memiliki data pasti berapa WNI yang menjadi mujahidin. Tapi menurutnya, jumlah itu bertambah terus setiap tahunnya.

"Alumni Afganistan saja jumlahnya bisa seratusan lebih. Ditambah yang Suriah dan negara yang lain," katanya.

Jenderal polisi berbintang dua ini mengatakan para WNI yang menjadi mujahidin masuk melalui berbagai wilayah di negara ketiga.

"Yang sering dijadikan pintu masuk seperti Jordan, Yaman, Mesir dan Pakistan. Mereka masuk dengan berbagai cara, di antaranya menjadi relawan kemanusiaan," katanya.

Pemerintah hanya sanggup melakukan pengawasan dengan melakukan koordinasi antar negara di wilayah yang dijadikan jalur masuk. Di sini peran diplomatik digunakan untuk mencari data dan mengklarifikasi jumlah WNI yang masuk ke wilayah konflik.

BNPT kemudian melakukan validasi, menunggu kepulangan mereka ke tanah air dan melakukan pendampingan terhadap mereka dan keluarganya.

Ini dilakukan agar mereka tidak melakukan berbagai aksi teror seperti mujahidin terdahulu. Banyak pelaku berasal dari kelompok Amrozi, lulusan konflik di Afganistan.

"Kita harus dampingi mereka. Posisi mereka cukup membingungkan. Ini berhubungan dengan diplomatik dan keselamatan mereka. WNI kita bisa dihukum mati, mereka tidak bisa diterlantarkan. Mereka bisa bergabung dengan kelompok teroris di sini dan membuat aksi teror," katanya. (umi)
Smartfren.

Smartfren Jelaskan Rencana Merger dengan XL Axiata

PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) memberikan penjelasan kepada pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) soal rencana merger dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

img_title
VIVA.co.id
17 Mei 2024