Santap Ikan, Puluhan Kades di Jatim Muntah-muntah

Ilustrasi keracunan
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Usai Syukuran, Puluhan Warga Sukabumi Berjatuhan
- Sebanyak 44 orang Kepala Desa dari berbagai wilayah di Jawa Timur diduga mengalami keracunan makanan saat mengikuti pendidikan dan latihan di Balai Pelatihan dan Pendidikan Kota Malang Jawa Timur.

Pemesan Kopi untuk Mirna Ogah Dipanggil Polisi

Mereka mengeluh pusing, lemas, mual dan muntah sejak Rabu malam, 22 April 2015, dan dilarikan ke unit gawat darurat di sejumlah rumah sakit di Kota Malang, setelah menyantap menu makan malam di Balai Diklat tersebut.

Kasat Reskrim Polres Malang Kota, AKP Adam Purbantoro menyebut jumlah Kades yang diduga keracunan mencapai 44 orang diantara 240 orang peserta diklat. Sebagian besar korban sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.

“Mereka dirawat di dua tempat, ada 18 orang di Rumah Sakit Hermina dan 22 orang Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang,” kata Adam, Kamis, 23 April 2015.

Polisi menduga, puluhan Kades itu mengalami keracunan makanan setelah menyantap makanan katering yang disediakan oleh panitia diklat. Untuk menyelidiki peristiwa itu, polisi mengambil sejumlah sampel dari tempat kejadian perkara untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Sejumlah sampel yang telah dibawa aparat antara lain adalah piring makan, sisa muntah dari para korban, ikan tongkol serta sampel makanan lain yang disajikan oleh katering. “Makanan itu disajikan dengan cara prasmanan, ada beberapa menu yang bisa dipilih. Kami mengambil sampel di setiap titik itu untuk diperiksa kandungannya di laboratorium,” katanya.

Seorang peserta diklat mengaku peristiwa itu bermula sekitar Rabu malam setelah menyantap menu makan malam. Sujarwo (39) Kepala Desa Sekaran Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk Jawa Timur mengatakan makanan dari panitia disebutnya tidak higienis.

Selama empat hari diklat, Sujarwo dan beberapa kawannya memilih untuk makan di kantin sekitar lokasi kejadian lantaran kawatir dengan bentuk makanan yang disajikan panitia. “Makanannya sering tidak higienis,  saya memilih makan di kantin. Malam itu perasaan saya sudah tidak enak, ikannya berbau dan warnanya tidak segar, jadi saya tidak makan,” kata Sujarwo.

Dugaan Sujarwo itu ternyata benar. Tak berselang lama setelah peserta menyantap menu makan malam, puluhan diantaranya mengeluh merasa pusing, mual dan mengalami gatal di sekujur tubuh. Beberapa peserta juga terlihat muntah.

Mereka lantas dilarikan ke rumah sakit terdekat.  “Teman-teman banyak dilarikan ke rumah sakit dan klinik. Salah satu rumah sakit sampai tak cukup menampung, ada banyak, sekitar 20 persen harus dirawat,’ katanya.

Sujarwo bersukur tak ikut menyantap makanan yang disuguhkan panitia. Meskipun dia mengaku was-was dengan keadaan puluhan temannya yang kini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Beberapa peserta diklat dengan kondisi lebih baik tidak menjalani rawat inap. Seperti Madin, Kepala Desa Bajulan, Kecamatan Lo Ceret, Kabupaten Nganjuk.  "Saya itu makan ikannya hanya sedikit, hanya setengah porsi dan makannya tak habis," katanya.

Meskipun sedikit, pria berusia 45 tahun itu mengaku merasakan lemas tak lama setelah menyantap menu makan malam, wajahnya memerah. Ia  harus dibopong untuk diperiksa di klinik yang terdapat di Balai Pelatihan dan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, pada Rabu malam. Setelah mendapat perawatan di klinik, Madin diijinkan pulang.

Ia mengaku hanya diberi obat oleh petugas klinik, lalu beristirahat sebentar kemudian diperkenankan pulang.


Kasus Kematian Mirna, Polisi Sita Rekaman CCTV Kafe Olivier
Ilustrasi jamur

Puluhan Karyawan Pabrik Kerupuk Keracunan Jamur

Mereka sakit usai makan siang dengan menu jamur, ungkap polisi.

img_title
VIVA.co.id
27 Januari 2016