'Indonesia No, Inggris No. Burma Yes, India Yes'

Anak pengungsi Rohingya
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA.co.id
Menkumham: Indonesia Kewalahan Hadapi Imigran
- Namanya Nur Ali, usianya baru 15 tahun. Dengan wajah yang selalu tersenyum, ia datang dan menghampiri siapa saja relawan maupun awak media yang datang lalu menyapanya dengan ‘Assalamualaikum’ dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Kapal Terbalik, Lima Migran Tenggelam di Yunani

Ali merupakan salah satu remaja pria yang menempati lokasi relokasi sementara pengungsi Rohingya di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Aceh Utara, di Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur.
Tiga Imigran Gelap Pencari Suaka Kabur dari Penampungan


Secara keseluruhan, sebenarnya bukan cuma Ali yang selalu berlaku ramah, namun hampir seluruh para pengungsi Rohingya bersikap sama seperti Ali.


Usai menyapa dengan salam, kepada
VIVA.co.id
, Ali menanyakan sesuatu dengan menggunakan bahasa Aceh, “
Kalheuh pajoeh bu
(sudah makan)?,” tanya Ali dengan senyumnya yang khas, saat ditemui Rabu, 17 Juni 2015.


Ali sebenarnya tidak bisa berbahasa Aceh ataupun Indonesia. Bukan hanya dia, namun sebagian besar pengungsi asal Rohingya tersebut tidak mampu berbahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Hanya satu atau dua orang saja yang bisa berbahasa melayu.


“(bahasa) Aceh no, Indonesia no, Inggris no, Burma yes, India yes,” kata Ali, menjelaskan bahwa ia tidak bisa bahasa Aceh, Indonesia maupun bahasa Inggris. Ia hanya bisa bahasa Burma (Myanmar) dan bahasa India.


Memakai baju kaos lengan panjang berwarana biru dan menggunakan sarung, ia merupakan salah seorang pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kedua orang tua. Didalam lipatan sarungnya, terdengar suara MP3 lagu-lagu India.


Ditempat tersebut ada ratusan muslim Rohingya yang di evakuasi dari TPI Kuala Cangkoi, Aceh Utara. Rencananya, mereka akan menempati hunian darurat yang dibangun diatas tanah seluas tiga hektar milik Pemda setempat.


Muslim Rohingya yang lari dari tanah asalnya tersebut tiba di Aceh pada Minggu, 10 Mei lalu. Tidak hanya di Aceh Utara, mereka juga terdampar di Aceh Timur, Langsa, dn Aceh Tamiang. Pemerintah berencana akan menampung mereka selama satu tahun. (ren)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya