Misteri Kereta Keraton Yogyakarta

Kereta keraton Yogyakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko

VIVA.co.id - Pada masa lampau, alat transportasi yang digunakan keraton Yogyakarta, baik untuk bepergian, perkawinan atau mengangkut jenazah, adalah jenis kendaraan yang disebut sebagai kereta.

Lagi, Calon Penumpang Pesawat Ngaku Bawa Bom

Pada masa itu, hanya keraton yang memiliki kereta, yang diberi nama bermacam-macam. Kereta-kereta tersebut diproduksi dari negeri lain seperti Belanda dan Jerman.
 
Kereta-kereta itu kini disimpan di museum kereta yang masih berada dalam lingkungan keraton Yogyakarta, tepatnya bagian barat daya alun-alun utara, di Jalan Rotowijayan. Museum milik keraton yang dibangun dengan arsitektur Jawa ini berada di atas tanah seluas 14.000 meter persegi.

Saat ini, museum ini memiliki koleksi 23 buah kereta kuda. Di antara koleksi tersebut, Kereta Nyai Jimat adalah yang paling dihormati.
 
Nama-nama kereta lainnya adalah kyai atau nyai, seperti Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, Kyai Jaladara, Kyai Ratapralaya, Kyai Jetayu, Kyai Wimanaputra, Kyai Jongwiyat, Kyai Harsunaba, Kyai Manik Retno, Kyai Kuthakaharjo, Kyai Kapolitin, Kyai Kus Gading, Kyai Puspoko Manik atau Kyai Mondrojuwolo.
 
"Kereta Nyai Jimat dan Kyai Garudayaksa dianggap sebagai pusaka yang paling keramat, air bekas siraman kedua kereta tersebut dipercaya dapat memberikan kekuatan tertentu," ujar salah satu penjaga museum kereta, Prawiro.
 
Dia menjelaskanya bahwa kereta-kereta Keraton Yogyakarta ini berdasarkan bentuknya dibedakan ke dalam 3 macam kelompok yaitu, kereta terbuka beroda dua (misalnya Kapolitin), Tipe Curricle termasuk kereta terbuka. Kereta terbuka beroda empat (misalnya Kyai Jongwiyat, Landower, Landower Wisman, Landower Surabaya, Kyai Manik Retno, Kyai Jetayu, Bedoyo Permili)
 
Kereta tertutup beroda empat (misalnya Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, Kyai Wimanaputra, Kyai Harsunaba, Kyai Kuthakaharjo, Kyai Puspoko Manik, Kyai Kus Gading). Kereta jenis ke-3 ini merupakan kendaraan untuk keluarga Sultan. 

Polda Yogya Bantah Tangkap Menantu Sultan Terkait Narkoba

Kereta-kereta milik Keraton Yogyakarta ini merupakan kereta yang bertipe Eropa; K Coupe, Phaeton, Berline, Landau, Glaslandauer ala Daumont. Tipe Landau dan Glaslandauer ala Daumont merupakan kereta yang bagian atapnya dapat dibuka dan ditutup. Tipe Vis-a-Vis adalah kereta yang tidak mempunyai atap. Sedangkan tipe Phaeton merupakan kereta terbuka.
 
Bentuk kereta juga membedakan fungsi dan penggunanya. Kereta jenis pertama digunakan Sultan untuk kendaraan rekreasi. Jenis kedua digunakan beberapa kelompok terpandang seperti para pengawal sultan, rombongan penari keraton, dan para komandan prajurit keraton. Yang ketiga adalah kereta khusus Sultan dan keluarganya. Kyai Ratapralaya yang dibuat di kampung Rotowijayan adalah kereta jenazah khusus bagi Sultan yang sudah mangkat.  "Kereta ini baru digunakan dua kali," tuturnya.

Sebagai pusaka keraton, kereta-kereta tesebut juga mendapat penghormatan berupa acara Jamasan. Jamasan adalah kegiatan memandikan, memberi sesaji, dan mendoakan doakan semua benda pusaka.
 
"Jamasan pusaka keraton selalu jatuh pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama tiap bulan Suro  bulan pertama dalam kalender Jawa. Upacara jamasan pusaka Keraton Yogyakarta berlangsung di dua tempat yaitu di Gedong Pusaka dan di Museum Kereta Keraton Yogya," ungkapnya.
 
Selain prosesi upacara, ada satu hal lagi yang unik dan menarik. Selama prosesi Jamasan itu, banyak penonton yang umumnya kaum tua berdesakan di sekitar kereta pusaka. Mereka menunggu dengan sabar air bekas mencuci kereta, yang dalam bahasa setempat sering diistilahkan sebagai "ngalap berkah".
 
Hingga sekarang, masih banyak warga yang percaya bahwa air bekas cucian kereta berkhasiat memberi kesuburan bagi sawah, panjang umur, serta kesehatan. Bahkan tak sedikit yang membasuh wajah dengan air bekas cucian kereta yang mereka kumpulkan dari got di sekitar tempat upacara.
 
Saat jamasan, puluhan warga Yogya akan berebut air sisa jamasan. Oleh warga, air ini akan dicampur untuk mandi atau minum. Air bekas cucian itu dimasukkan ke dalam botol bekas air kemasan maupun jerigen. Masyarakat percaya, semua benda dari keraton itu memiliki tuah yang sakti sebab benda-benda ini adalah milik orang sakti. Oleh karena itu dengan membawa air ini, mereka  berharap, keluarga sehat wal afiat.
 
"Ada kepercayaan air ini membawa ketenteraman. Tetapi bukan untuk kekayaan. Ada yang dipakai untuk mencampur masakan dan rebusan air untuk membuat teh untuk menolak bala. Ada juga yang untuk kesuburan sawah. Ada juga warga menciduk air dengan tangannya, diusapkan ke wajah dan rambutnya dengan khidmat," katanya.

Yogya Bakal Punya Stasiun Kereta Api Bertaraf Internasional
Ilustrasi/Bandara Adi Sutjipto

Menanti Pintu Gerbang Dunia di Kulonprogo

Sudah lama direncanakan, belum tereksekusi.

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2016