Siapa Dalang Rusuh Aceh Singkil?

Kerusuhan di Aceh Singkil
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ampelsa

VIVA.co.id - Pertikaian beraroma agama pecah di Kabupaten Aceh Singkil. Sebuah gereja di Desa Sukamakmur Kecamatan Gunung Meriah dibakar massa.

Satu orang dilaporkan tewas tertembak dan lima lainnya terluka, serta lebih dari 4.000 jiwa akhirnya mengungsi ke Sumatera Utara.

Kerusuhan ini pun langsung menuai respons publik. Maklum, kerusuhan serupa di ujung Timur Indonesia, Tolikara Papua, masih belum bisa hilang dari ingatan.

Jika kala itu, orang Muslim diusir saat menggelar salat Idul Fitri, kali ini di Aceh Singkil, terkait maraknya rumah ibadah milik umat Kritiani yang tak berizin di daerah itu.

Kepolisian Daerah Aceh mengaku telah memeriksa sebanyak 47 orang saksi. Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka dan tujuh orang dinyatakan masuk dalam daftar pencarian orang.

[Baca Juga: ]

Meski begitu, kepolisian mengaku belum menemukan siapa dalang sesungguhnya di balik pertikaian ini.

MUI: Polisi Tak Adil Tangani Kasus Tolikara dan Aceh Singkil

"Kami masih terus lakukan pengembangan informasi lebih lanjut, termasuk siapa yang menjadi aktor intelektual," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Brigadir Jenderal Polisi Agus Rianto, Kamis 15 Oktober 2015.

[Baca Juga: ]

Kapolri Pastikan Kasus Aceh Singkil Bukan Politis



Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso mengakui, telah mendeteksi kemungkinan rusuh tersebut. Sebab, sehari sebelum kerusuhan, Senin 12 Oktober 2015, telah dilakukan kesepakatan antarpihak untuk melakukan penertiban terhadap rumah ibadah yang tak berizin.

[Baca juga: ]

"Itu sudah buat keputusan bahwa akan ditertibkan bangunan tambahan. Jadi, secara diam-diam mereka menambah lagi undung-undung (gereja kecil) sebanyak 10, ditambah 14 jadi 24," kata Sutiyoso.

Namun, di balik itu, provokasi masih dilakukan oleh orang tak dikenal. Sehingga, pecahlah kerusuhan di Desa Sukamakmur Gunung Meriah.

"Ya, kalian tahulah pelaku itu kan mencari lengahnya, mencari kesempatan yang paling tepat. Aparat tuh enggak mungkin melototi 24 jam, apalagi sudah ada keputusan dan untuk dilakukan tindakan oleh aparat," katanya.

Intelejen lengah

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo berpandangan bahwa pecahnya rusuh di Aceh Singkil sebagai akibat lemahnya pengawasan di daerah.

Penindaklanjutan sebuah dugaan kerusuhan juga tak dilakukan maksimal oleh intelijen. Sehingga, mahfum terjadi kerusuhan yang telah membuat lebih dari 4.000 jiwa mengungsi tersebut.

"Kami tidak mau ada istilah intelijen kecolongan. Itu namanya bukan intelijen. Berarti, deteksi dini tidak di-follow up dengan baik," kata Tjahjo.

[Baca Juga: ]

Tjahjo berharap, kerusuhan itu segera ditangani. Seluruh pihak yang bertanggungjawab mulai dari tingkatan pemerintahan di tingkat desa, kecamatan, hingga pun ke kepolisian harus bertanggungjawab.

"Siapa yang jadi provokator harus diproses hukum.  Kalau camat yang salah, ya beri sanksi. Kalau Kapolseknya, ya diganti atau Kapolresnya, apa pun itu," kata Tjahjo. (asp)

Mantan Kapolres Aceh Singkil Tidak Dijerat Pidana
Kerusuhan di Aceh Singkil

2.000 Prajurit TNI Disiagakan untuk Natal di Aceh Singkil

Aceh Singkil sempat terjadi pembakaran gereja pada Oktober silam.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2015