Dampingi Anak, Ibu Ini Harus Bolak-balik Indonesia-Malaysia
- Reuters
VIVA.co.id – Lebih dari dua setengah tahun, Poniyati harus bolak-balik ke Malaysia, mendampingi anaknya yang menjalani sidang dugaan kepemilikan narkoba sebanyak 4 kg. Poniyati yakin, anaknya hanya korban sindikat narkoba internasional.
Poniyati, warga Dusun Krajan Desa Bagel, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo ini, hanya bisa menangis saat teringat anaknya, Rita Krisdiyanti (27) yang kini tengah menjalani sidang dugaan kepemilikan sabu, di Penang Malaysia.
“Tanggal 25 Juni 2013, Rita menelpon dari Hongkong, mengatakan ia mau pulang ke rumah di Ponorogo. Semua barangnya akan dikirim terlebih dahulu. Saat barang-barangnya sudah sampai di rumah, Rita justru belum datang,” tutur Poniyati.
Poniyati kaget, saat Dwi Nugroho suami Rita datang membawa kabar bahwa Rita ditahan di Penang Malaysia, karena kedapatan menyimpan sabu seberat 4 kilogram di dalam koper. “Saat mau pulang, temannya yang bernama Ika orang Lampung menawari berbisnis pakaian. Anak saya menyetujui. Beberapa hari kemudian, datang laki-laki yang mengaku teman Ika, menitip koper untuk dibawa ke Indonesia,” kata Poniyati.
Menurut cerita Rita, justru tiket perjalanan ke Indonesia, Ika lah yang membelikan. “Padahal Rita sudah punya tiket langsung ke Indonesia. Tetapi tiket yang dibelikan Rita justru harus melewati Malaysia. Saat di Malaysia itulah, Rita ditangkap karena koper titipan Ika terdapat sabu seberat 4 kilogram,” cerita Poniyati.
Sejak tertangkap karena dugaan kepemilikan sabu itu lah, Poniyati sering pulang pergi Malaysia-Indonesia, demi mendampingi anaknya. “Besok hari Kamis 28 Januari 2016 adalah sidang keenam Rita. Seharusnya saya di sana untuk mendampingi. Tetapi saya sudah tidak punya apa-apa lagi untuk membeli tiket,” ucapnya.
Sebulan lalu, Poniyati juga ke Malaysia untuk mendapingi saat Rita menjalani sidang. “Utang saya menumpuk di mana-mana. Bayangkan, untuk sekali bepergian ke Malaysia dengan kakaknya Rita, bisa menghabiskan sekitar Rp10 juta. Permintaan agar Rita dikirimi 10 BH dan 10 celana dalam, saya tidak bisa memenuhi. Saya sudah tidak punya uang,” ujar ibu dua anak ini sambil sesenggukan.
Setiap kali bertemu usai persidangan, Poniyati lebih banyak menangis. Justru Rita yang membesarkan hati Poniyati. “Dia bilang agar saya tenang dan tidak banyak berpikir soal nasibnya. Karena dia percaya dia tidak bersalah, Tuhan pasti akan menolongnya,” ucapnya sambil tak kuasa menahan tangis
Poniyati percaya anaknya diperalat orang untuk membawa narkoba ke Indonesia. “Anak saya itu sangat pemalu, tidak banyak bergaul. Jadi saya tidak yakin dia melakukan itu atas keinginannya sendiri. Saya tahu betul anak saya tidak mungkin melakukan itu. dia hanya diperalat oleh orang lain karena keluguannya."
(mus)