Kisah Anak Pramuwisma dan Buruh Tani Jadi Wisudawan Terbaik

Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Mata Nur Fatimah siang itu tampak berkaca-kaca. Raut mukanya pucat, namun tampak bahagia. Gadis 22 tahun itu tak menyangka setelah didaulat sebagai wisudawati terbaik pada Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah.
Tips Sukses Jalani Usaha Kecil dari Pengusaha Sepatu
 
Isak tangis bahagia Khohari (47 tahun) dan Suwanti (40), orang tua Nur Fatimah, pun tak terbendung melihat putri pertamanya berkali-kali disebut namanya dalam Upacara Wisuda ke-68 UIN Walisongo. Nur Fatimah adalah satu-satunya yang terbaik di antara 898 mahasiswa yang diwisuda siang itu.
Kisah Sukses Pria Probolinggo, Pilih Berdagang daripada PNS
 
Nur Fatimah didapuk sebagai wisudawan terbaik dengan prestasi cumlaude. Mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam itu memperoleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,93. Hampir sempurna.
Dari Bisnis Online, Pria 25 Tahun Bisa Beli Rumah dan Mobil
 
Dara cantik asli Kabupaten Batang, Jawa Tengah, itu meraih gelar sarjananya dengan susah payah. Keterbatasan ekonomi keluarga membuatnya harus menyelesaikan empat tahun masa kuliah dengan tekun dan mandiri.
 
Khohari, ayah Nur, hanya bekerja sebagai petani penggarap di kampung halamannya. Ibunda Nur, Suwanti, pun harus kerja keras sebagai pramuwisma atau asisten rumah tangga di rumah tetangganya untuk menopang ekonomi keluarga. Bayaran mereka per bulan pun tak seberapa.
 
"Kunci saya menjadi terbaik adalah selalu yakin, percaya, dan ingat sama Allah. Karena dalam tiap apa yang saya lakukan tentunya harus selalu dekat dengan Allah," kata Nur saat berbincang dengan VIVA.co.id seusai acara wisuda pada Kamis, 28 Januari 2016.
 
Meski Nur telah banyak terbantu dengan program beasiswa Bidik Misi selama kuliah di kampus, bukan berarti ia tidak mengalami kesulitan ekonomi. Lagi pula, Nur adalah mahasiswa yang sangat aktif di organisasi kampus. Beasiswa Bidik Misi sebesar Rp6 juta per semester sering terlambat.
 
"Kadang uang beasiswa telat. Jadi, harus ngirit. Pernah juga minta orang tua, tapi tidak selalu. Kasihan bapak dan ibu. Makanya saya harus buktikan menjadi yang terbaik," ujar Nur.
 
Setelah menyelesaikan gelar sarjananya, Nur Fatimah berkeinginan melanjutkan kuliah strata 2 di kampus yang sama. Targetnya adalah bisa bekerja untuk membantu ekonomi keluarga yang pas-pasan.
 
"Saya sangat ingin menjadi entertainer (bekerja pada dunia hiburan). Bisa menjadi pembawa acara televisi dan seminar-seminar besar begitu. Intinya saya ingin keluarga saya bangga," katanya.
 
Rektor UIN Walisongo, Semarang, Prof. Muhibbin, mengatakan, secara khusus kampus akan memberikan beasiswa S2 bagi lulusan terbaik tahun ini. Ia berharap potensi-potensi seperti Nur Fatimah bisa menjadi motivasi mahasiswa lain, meski dengan keterbatasan kondisi keluarga.
 
"Harapannya dia (Nur Fatimah) bisa masuk ke kami (kuliah pascasarjana UIN Walisongo). Syukur-syukur kami bisa memberikan (beasiswa) tambahan baginya untuk biaya hidup," kata Muhibbin.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya