18 Tentara Filipina Tewas, Keluarga Sandera Panik

Azimar, ibu dari awak kapal tunda Brahma 12, Wendi Rakhadian.
Sumber :
  • Wahyudi Agus/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Orangtua awak kapal tunda Brahma 12, Wendi Rakhadian, terlihat pucat saat ditemui di kediamannya, Jalan Muhammad Hatta, RT 01 RW 01, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu, 10 April 2016.

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

Sudah dua pekan berlalu, Wendi belum juga dibebaskan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina selatan. Setelah kapal Brahma 12 yang membawa tongkang, Anand 12, mengangkut batu bara milik PT Patria Marine Line diketahui telah dibajak pada 26 Maret 2016 lalu.

"Alah saminggu badan ambo ndak lamak se, pangana ka anak bujang ko se (sudah tiga hari badan saya ini tidak enak, pikiran ke dia saja)," tutur ibunda Wendi, Azimar (45), dengan logat minangnya yang kental.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Memang terlihat fisik Azimar tidak sebugar ketika pertama kali VIVA.co.id, mendatangi rumahnya dua minggu lalu 29 Maret 2016.

"Kami bisa apa, selain berdoa dan berharap pemerintah dan perusahaan Wendi segera membebaskan anak saya," kata Azimar. 

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Kecemasan Azimar semakin menjadi setelah dia mendengar berita di media massa bahwa ada 18 tentara Filipina tewas dalam pertempuran dengan kelompok Abu Sayyaf.

"Saya dapat kabar kalau 18 tentara Filipina meninggal saat melawan kelompok yang menyandera anak saya itu," ucap Azimar cemas. 

Pada kesempatan terpisah, Sutomo, ayah dari awak Brahma 12 lainnya, Bayu Oktavianto, meminta pemerintah segera mengambil tindakan, mengingat sampai sekarang pihak keluarga tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai kondisi para sandera di Filipina.

"Kemarin sudah (ada komunikasi dengan perusahaan), sekitar pukul 20.30 WIB malam. Dia mengatakan keberadaan sandera baik, dan melakukan negosiasi, sampai sekarang belum selesai," ujar Sutomo dalam perbincangan dengan tvOne dari rumahnya di Klaten, Jawa Tengah, Minggu, 10 April 2016.

"Saya mohon presiden ambil sikap dengan cara cepat dan tegas," Sutomo menambahkan.

Pasalnya, menurut Sutomo, pasca adanya pemberitaan mengenai 18 tentara Filipina yang tewas, keluarga semakin khawatir mengenai nyawa anak mereka.

Sutomo pun tak peduli cara yang ditempuh pemerintah atau perusahaan untuk membebaskan anaknya dari sekapan Abu Sayyaf.

"Mohon sangat, kalau harus transaksi, lakukan saja. Termasuk dari pihak pemerintah mohon, jangan menghalangi kesepakatan antara korban dengan Abu Sayyaf, kalau tebusan ini taruhannya nyawa anak-anak kita, mereka juga warga Indonesia," ucap Sutomo.

Pertempuran Militer Filipina

Sebelumnya, . Selain itu, ada 50 tentara lainnya terluka dalam kontak senjata Sabtu, 9 April 2016, di Pulau Basilan.

Sementara itu, dari kelompok militan, dilaporkan lima orang tewas.

Pertempuran ini terjadi dalam perburuan pimpinan Abu Sayyaf yang telah menyatakan sumpahnya untuk bergabung dengan kelompok ISIS. Di mana pemerintah Amerika Serikat menawarkan imbalan sebesar US$5 juta untuk informasi yang mengarahkan pada penangkapan Isnilon Hapilon. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya