Mantan Teroris: Santoso Ditembak Itu Tak Istimewa

Petugas kepolisian menunjukkan foto 10 orang anggota kelompok Santoso di Poso yang tertembak oleh Satgas Operasi Tinombala 2016 di Mapolda Sulawesi Tengah, Palu, Kamis (30/6).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Basri Marzuki

VIVA.co.id – Aksi Satgas Tinombala yang berhasil menembak mati teroris pentolan Mujahid Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah di Pegunungan Desa Tambarana, Kecamatan Poso, Sulawesi Tengah ternyata tak sepenuhnya mendapat apresiasi masyarakat, termasuk mantan terpidana terorisme.

Umi Delima, Istri Santoso Ditahan di Polda Sulteng

Salah satu mantan terpidana kasus terorisme Sri Rejeki Semarang, Mahmudi Haryono alias Yusuf, menganggap penembakan Santoso dalam baku tembak pada Senin, 18 Juli 2016 kemarin, merupakan hal yang biasa.

"Penembakan teroris Santoso menurut saya biasa saja. Tidak istimewa karena operasi itu (Operasi Tinombala) sudah terstruktur dan dilakukan sejak lama. Jadi kalau berhasil kan lumrah dan tidak istimewa, " kata Yusuf kepada VIVA co.id, Selasa, 19 Juli 2016.

Umi Delima, Istri Santoso Ditahan di Polda Sulteng

Selain itu, mantan jihadist di Moro, Filipina Selatan itu menyebut, alasan penangkapan itu hal biasa karena selama ini anggota kelompok yang lama bersembunyi di hutan Poso itu sangat terbatas. Apalagi, kelompok ini juga sudah terdesak dengan minimnya stok logistik makanan.

"Mereka kan sudah terdesak di hutan. Istilahnya tinggal nunggu waktu dan akhirnya tertangkap, " ujar pria sudah keluar bebas bersyarat sejak tahun 2010 lalu itu.

Jenazah Santoso Diserahkan ke Keluarga

Fenomena kematian Santoso, menurut Yusuf, tidak akan mendapatkan simpati dari kalangan jihadist atau terorisme lain yang selama ini masih hidup di Indonesia. Hal itu karena gerakan Santoso dianggap sudah menyimpang dari gerakan atas nama jihad.

"Karena jelas gerakannya sudah keluar atau menyimpang dari kaum muslimin. Masyarakat saya kira tidak antusias,"ucap  dia.

Menurut pria yang ditangkap tim Densus 88 pada tahun 2003 silam itu, tidak ada kemiripan antara gerakan Santoso dengan yang dulu pernah dilakoninya.

"Kalau soal survive di hutan iya. Tapi saat kita di Filipina selatan dulu kan berbeda. Kita berbaur dengan masyarakat sekitar. Santoso ini kan enggak, siapa yang tidak ikut gerakan kelompoknya kan dikafirkan, " kata Yusuf.

Dengan tewasnya Santoso, Yusuf meyakini Satgas Tinombala yang terdiri atas anggota Polri dan TNI akan semakin mudah melumpuhkan kelompok lain yang kini masih melarikan diri. Sebab, tewasnya dua pentolan kelompok itu, akan memberikan efek gerakan itu semakin lemah.

"Maka sudah tentu polisi akan mudah menangkap DPO (Daftar Pencarian Orang) lain. Karena mereka jadi DPO biasa dengan terbunuhnya Santoso, " katanya.
 
Sebelumnya, gembong kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah  tewas ditembak mati pasukan gabungan TNI dan Polri dalam Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah pada Senin 18 Juli 2016. Santoso tewas bersama satu temannya yang lain yang juga buronan polisi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya