Satu Kaki Tangan Santoso PNS Dinas PU Palu

Kapolda Sulteng, Brigjen Rudy Sufahriadi menunjukan DPO jaringan Santoso.
Sumber :
  • Abdullah Hamann

VIVA.co.id - Kepolisian di Sulawesi Tengah mulai membongkar jaringan teroris Santoso di wilayah itu termasuk di Kota Palu. Polisi juga tengah menelusuri aliran dana yang ditujukan kepada kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah.

Tiga Menyerah, Kelompok Santoso Tersisa 16 Orang

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi, mengatakan rekening yang ditemukan dari orang-orang yang ditangkap sebagai pendukung kelompok MIT saat ini tengah diselidiki.

"Iya, ada rekening. Kita akan melihat nantinya aliran-aliran dana yang masuk ke rekening tersebut. Termasuk sumber dana atau donatur yang menyetor dana serta kepada siapa saja dana-dana tersebut diberikan dan dipergunakan untuk apa," kata Rudy Sufahriadi, Sabtu, 6 Agustus 2016, di Palu.

Polisi: Moril Kelompok Santoso Mulai Jatuh

Menurut Rudy, dari penangkapan tiga orang di Kota Palu, dua di antaranya memiliki buku rekening dan sudah disita sebagai barang bukti, yakni Nono Priadi alias Jono serta Isa Abdulrahman alias Berni alias Pak Is alias Bahar.

"Besaran dana dari rekening-rekening itu tidak besar-besar amat," kata Rudy.

Satgas Tinombala Tetap Tunggu Kelompok Santoso Turun Gunung

Sementara itu dari penyerahan diri Jumri alias Tamar, sedikitnya ada 31 item barang bukti yang diserahkan kepada Satgas Ops Tinombala di Poso. Barang bukti antara lain telepon seluler, kartu ponsel, kartu memori dan uang ratusan ribu rupiah.

Rudy Sufahriadi juga membeberkan peran tiga orang kaki tangan MIT yang ditangkap pada Kamis 4 Agustus 2016 lalu. Ketiganya adalah Jono Priadi alias Jono (PNS di Dinas PU Kota Palu), Isa Abd. Rahman alias Berni alias Pak Is alias Bahar dan Muhammad Asmaul alias Muket.

Menurut Rudy,  Jono Priadi alias Jono ini bersama-sama Isa Abdul Rahman alias Isa alias Berni alias Pak Is alias Bahar pada tahun 2015 lalu, menjemput DPO Agus Suprianto dan Zainuddin alias Jono Sayur di Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu untuk bergabung dengan Santoso di Poso.

Selanjutnya tahun 2016, dia menjemput DPO atas nama Abdurrahman alias Abu Asbal bersama tiga orang lainnya dari Jawa dan mempersiapkan segala kebutuhannya di Palu sebelum berangkat ke Poso.

Sedangkan peran Isa Abd. Rahman alias Berni alias Pak Is alias Bahar, tahun 2012 menampung DPO atas nama Jipo dan Sugianto di rumahnya. Pada tahun yang sama, dia mengantar Maret Pamungkas alias Sobron ke Desa Ueralulu, Poso Pesisir untuk bergabung dengan MIT Pimpinan Santoso.

"Dia inilah yang tahun 2014 lalu mengurus persalinan Jumiatun alias Umi Delima, istri Santoso di Palu. Padahal, Jumiatun itu termasuk salah seorang DPO yang dikenal dengan salah satu dari tiga bidadari MIT," kata Rudy.

Peran lainnya yang dijelaskan Rudy Sufahriadi, adalah menerima kiriman barang berupa handy talky (HT) dan GPS dari Jakarta dan dibawa ke Kelompok MIT di Poso.

"Dari tangannya kita juga berhasil menyita satu buah buku tabungan Bank Mandiri atas nama Maya, satu buku tabungan Bank BTN atas nama Benhard, lima buah HP, 16 charger HT," kata Rudy.

Sedangkan Muhammad Asmaul alias Muket, pada tahun 2015 terdata mengantar Agus Suprianto alias Farhan dan Zainuddin alias Yono Sayur ke Poso untuk bergabung Kelompok MIT, memfasilitasi keluarga DPO di Rumah Sakit Bhayangkara Palu.

"Berdasarkan data kita, Muket ini adalah salah seorang kurir aktif di Kota Palu. Kita juga menyita dua buah HP dan satu buku catatan miliknya," kata Rudy.

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya