Ayo Dukung Ibu Menyusui!

Ayo Dukung Ibu Menyusui!
Sumber :

VIVA.co.id – ASI memiliki kandungan zat yang luar biasa baik bagi pertumbuhan bayi di awal kehidupan. Sayangnya kesadaran masyarakat mengenai manfaat ASI masih minim. Padahal, Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis (diambil dari UU No 36 tahun 2009 Pasal 128ayat 1).

Sebetulnya apa saja manfaat ASI bagi bayi dan ibu?
ASI merupakan makanan bayi terbaik ciptaan Tuhan dan tidak dapat tergantikan dengan produk buatan manusia seperti susu formula. Pada asupan buatan Tuhan tersebut mengandung zat immunoglobulin, yakni senyawa protein yang digunakan untuk melawan kuman penyakit baik virus, bakteri, racun, dan bakteri. Selain itu, ASI juga mengandung zat-zat bersifat mikro yang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Manfaat lain pada pemberian ASI, yakni pada saat proses menyusui, merupakan sebuah manfaat yang tidak bisa tergantikan. Di mana proses menyusui dapat menumbuhkan ikatan batin antara ibu dan bayi, dan bisa membangun ikatan relasi antara ibu dan perkembangan bayi.

Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Ir. Dodi Izwardy, pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun dengan makanan pendamping ASI, memiliki kontribusi yang besar terhadap masa emas dan daya tahan bayi. Anak yang diberi ASI eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal (khususnya pertumbuhan otak). Pemberian ASI hingga 2 tahun kepada anak juga berhubungan dengan periode 1000 hari pertama dalam kehidupan atau disebut periode emas (golden Period). Hal ini dikarenakan periode awal kehidupan juga disebut periode sensitive, yaitu didasarkan pada masa kehamilan (janin) sampai anak usia 2 tahun terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.

Di sisi lain anak yang tidak menyusui cenderung mudah sakit karena tidak menerima ASI. Hasil riset (Dundaroz et al 2002, UK Childhood Cancer Investigation 2001, Bener 2001, Daniels 2002, Svanborg 2003)) membuktikan, anak yang diberikan ASI akan tumbuh lebih sehat, meminimalisir infeksi gastrointestinal (usus atau perut), ASI menurunkan 40 persen terjadinya diare pada bayi, 16,7 kali lebih jarang terkena radang pneumonia atau paru, 16 kali lebih jarang dirawat di rumah sakit, 6 hingga 8 kali lebih jarang menderita kanker anak (leukemia limphositik, neuroblastoma, lymphorma maligna), mengurangi risiko asma hingga 50 persen. ASI juga mencegah terjadinya alergi termasuk aczesma, alergi makanan dan alergi pernafasan selama masa anak-anak. Anak ASI terbukti 16 kali lebih jarang dirawat di rumah sakit. Anak ASI juga tumbuh lebih pandai.

Sementara itu, keuntungan menyusui bagi ibu, yakni mengurangi pendarahan pasca-melahirkan, mengurangi kekurangan darah karena kurang kadar zat besi, mengurangi risiko kanker payudara dan kanker indung telur, mengurangi pengeroposan tulang dan diabetes, memberikan KB alami. Pemberian ASI akan membantu ibu mengembalikan berat badan setelah melahirkan.

Pemberian ASI juga bisa ramah dompet. Para orangtua tidak perlu merogoh kantong dalam-dalam untuk membeli susu formula, dan tidak perlu repot karena pemberian ASI bersifat 'portable'. Sehingga manfaat ASI sangat ekonomis dan menghemat waktu.

Melihat pentingnya ASI bagi anak dan ibu, maka bagaimana caranya agar ibu bisa memberikan ASI secara maksimal? Apalagi biasanya orangtua mengkhawatirkan suplai ASI yang sedikit bisa membahayakan bayi.

WNI dari Wuhan di Natuna DIberi Trauma dan Political Healing

Pada prinsipnya ASI akan menyesuaikan dengan pertumbuhan anak. Pada saat berusia 1 hingga 6 hari, lambung bayi masih setara dengan ukuran biji kelereng hingga bola pingpong. Para ibu tidak perlu khawatir kalau bayi akan kekurangan minuman. Sebab pada bayi normal, Tuhan sudah melengkapi bayi dengan jaringan lemak coklat (brown adipose tissue). Sehingga meski pada awal proses menyusui hanya setetes dua tetes, namun sudah cukup bagi bayi. Ketika produksi ASI dirasa sedikit, itu pun bisa diatasi.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr. Anung Sugihantono, M.Kes menjelaskan, penyebabnya sedikitnya produksi ASI ada banyak hal. "Tetapi diingat, ASI memang keluarnya secara bertahap," ujarnya.  

Cegah Virus Corona ke RI, Kemenkes Pasang Thermo Scanner di 135 Titik

Dr Anung mengatakan, seacara umum penyebab sedikitnya ASI yang keluar itu terjadi karena dua faktor. Pertama faktor psikologis, di mana kondisi ibu stres. Kedua, faktor penyakit yang berkaitan dengan gangguan hormon.  Untuk itu keberhasilan ibu dalam menyusui butuh dukungan dari orang sekelilingnya, terutama ayah, keluarga, maupun teman hingga baby sitter maupun asisten rumah tangga (ART).  

Disarankan ibu mempelajari manajemen laktasi sebelum kehamilan, sehingga baik ibu maupun ayah bisa saling support dan mempersiapkan pemberian ASI selama 6 bulan penuh (ASI eksklusif). Selain itu juga, bagi ibu pekerja juga membutuhkan dukungan dari lingkungan kantor, baik atasan maupun rekan kerjanya, ketika masa cuti melahirkan telah usai. Dukungan ayah untuk menjemput ASI juga sangat berarti.

Menkes Terawan Tegaskan Sampai Detik Ini Tak Ada WNI Positif Corona

Melihat pentingnya manfaat ASI, maka Kementerian Kesehatan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung pemberian ASI sesuai dengan Strategi Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), yaitu dimulai dengan penerapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian hanya ASI saja tanpa menambahkan makanan atau minuman lain hingga bayi berusia 6 bulan (ASI Eksklusif), sejak usia 6 bulan dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat disamping ASI dan melanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

Ajakan itu juga bertepatan dengan kampanye "Pekan ASI Sedunia", yang jatuh  setiap minggu pertama di bulan Agustus. Kampanye tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya ASI bagi bayi.  
Tema peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) tahun ini adalah “Breastfeeding: A Key to Sustainable Development”, mengamanatkan bahwa menyusui merupakan kunci keberhasilan program The Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan World Health Organization/WHO. Untuk tingkat nasional Kemenkes mengangkat tema “Ibu menyusui sampai 2 tahun lebih hemat, anak sehat dan cerdas; dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera” dan dikuatkan dengan slogan “Ayo Dukung Ibu Menyusui”.

Saat ini Kemenkes terus berupaya meningkatkan persentase ibu memberikan ASI eksklusif. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka ASI Eksklusif hanya mencapai 38,5 persen. Namun jumlah tersebut terus meningkat. Kemenkes melakukan pemantauan status gizi yang salah satu di antaranya menanyakan, mengamati, melihat praktek ibu menyusui eksklusif. Kini angkanya pemberian ASI eksklusif sudah mencapai 65,1 persen, dari para ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.

Gerakan “Ayo Dukung Ibu Menyusui” merupakan langkah yang perlu didukung terus-menerus. Gerakan ini bukan hanya imbauan semata. Mengingat pentingnya ASI bagi ibu dan anak, pemerintah memberikan gerakan dengan payung hukum. Tidak main-main, hal itu tercantum dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Dalam Pasal 200 menyebutkan, setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif maka orang tersebut bisa dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp100 juta. Hal itu juga diperkuat dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, di mana para pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan.

Kemenkes menargetkan pada 2019 persentase ibu memberikan ASI eksklusif mencapai 80 persen. Pada skala besar, pemberian ASI eksklusif merupakan investasi kepada anak, kepada negara, dan bisa menciptakan daya saing bangsa.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.  (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya