Tren Baru, Mabuk dengan Pembalut Wanita

Ilustrasi pembalut.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Puluhan pedagang bir di Surabaya dan Sidoarjo membuat komitmen melawan minuman keras oplosan di gedung Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Jawa Timur di Surabaya, kemarin. Mereka mendukung pemerintah memberangus peredaran miras oplosan.

Termasuk Polusi Udara, Ini 10 Penyebab Penyakit Jantung yang Perlu Diketahui

Dalam acara ini, para pedagang bir dan minuman beralkohol melakukan penandatangan komitmen melawan miras oplosan. "Kami siap membantu pemerintah dan Kepolisian untuk melindungi generasi muda dari bahaya oplosan," kata Ketua Forum Komunikasi Pedagang Minuman Beralkohol Seluruh Indonesia (FKPMBSI) Surabaya-Sidoarjo, Heri Dwi.

Dia menjelaskan, miras oplosan telah memakan banyak korban jiwa, termasuk generasi muda. Kendati sering dirazia dan ditindak aparat penegak hukum, peredarannya tetap marak. "Karena bahannya mudah didapat di apotek toko bahan kimia," kata Heri.

5 Cara Ampuh Melepaskan Diri dari Kecanduan Alkohol

Akses internet yang terbuka dan bebas, katanya, juga memudahkan kalangan muda belajar mengolah bahan miras oplosan untuk bermabuk ria meski itu berbahaya. "Kalau dulu mabuk dengan menghirup lem, sekarang ada tren mabuk dengan bahan pembalut wanita dan popok bayi," ujarnya.

Soal tren mabuk dengan pembalut wanita dan popok bayi, Heri mendengar cerita itu dari siswa SMP di Sidoarjo. Biasanya, mereka meracik itu dengan cara merebus pembalut wanita dengan air dan dicampur beberapa tetes alkohol dan bensin. "Itu lebih murah dari daripada cukrik atau arak," ujarnya.

Tak Punya SIM, Begini Hasil Tes Urine Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim

Heri sepakat jika pemerintah mengatur peredaran minuman beralkohol dengan pendekatan komprehensif. Dia mengaku pedagang bir akan mematuhi aturan yang ditentukan. Tapi praktik pengoplosan miras juga harus ditindak tegas.

"Jangan sampai karena ada kasus yang mati karena mengkonsumsi minuman oplosan, kami pedagang bir jadi kambing hitam. Padahal pedagang bir tidak pernah menjual sembarangan, apalagi menjual kepada pelajar.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya