Tinggal di Daerah Rawan Gempa, Mengapa Kita Tak Siaga

Proses evakuasi korban bencana gempa bumi di Pidie Jaya Aceh, Rabu (7/12/2016). Gempa berkekuatan 6,5 SR ini dilaporkan memakan korban jiwa hingga 52 orang tewas
Sumber :
  • VIVA.co.id/instagram

VIVA.co.id – Sebanyak 148 juta orang Indonesia tinggal di pemukiman rawan gempa. Mereka tersebar merata di seluruh wilayah dan kini tidak menyadari potensi bahaya yang mengancamnya.

Gunung Ruang Erupsi Lagi, BMKG Efektifkan Lima Stasiun Pendeteksi Tsunami

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, yang lebih mengkhawatirkan lagi dari fakta itu ternyata 148 juta orang tersebut tidak pernah siaga akan gempa.

Salah satu bentuk pengabaian itu adalah tidak adanya inisiasi untuk membangun atau mendirikan rumah yang bisa tahan gempa. (Baca: Delapan Gempa Bumi Dahsyat yang Menghentak Sumatera)

Gunung Ruang di Sitaro Kembali Erupsi, PVMBG Minta Masyarakat Waspada Potensi Tsunami

"148 Juta orang tinggal di daerah rawan gempa. Tapi bangunan rumah yang ada ternyata belum menyesuaikan (tahan gempa)," kata Sutopo dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu, 7 Desember 2016.

Sutopo tak menampik jika memang konstruksi rumah tahan gempa relatif lebih mahal. Setidaknya dibutuhkan biaya antara 30-50 persen lebih mahal ketimbang biaya pembangunan rumah umumnya.

Pemkab Garut Berlakukan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Namun demikian, kata Sutopo, hal itu seharusnya bisa menjadi perhatian pemerintah. Sebab kesiapsiagaan akan bahaya gempa harus menjadi pemahaman bersama warga.

Karena itu, kata Sutopo, pemerintah idealnya menerbitkan regulasi seperti pemberian insentif khusus atau bisa juga berupa subsidi kepada masyarakat yang berinisiatif membuat rumah atau bangunan tahan gempa.

"Kalau hanya dibebankan kepada masyarakat, kasihan mereka yang tidak mampu," kata Sutopo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya