Survei LSI: Elektabilitas Golkar Terus Meningkat

Ilustrasi Penutupan Munaslub Partai Golkar
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarok A

VIVA – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas partai politik. Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, hasil survei menyatakan elektabilitas Golkar mengalami tren kenaikan dari perolehan suara Pemilu 2014.

Airlangga Bantah Golkar dan PAN Rebutan Jatah Menteri ESDM di Kabinet Prabowo

Dari hasil survei diketahui, elektabilitas Golkar terus meningkat hingga Januari 2018. Selain Golkar, ada PDI Perjuangan.

"Hanya dua partai politik yang elektabilitas di atas perolehan suaranya di Pemilu Legislatif 2014. Mereka adalah PDIP dan Partai Golkar," kata Rully di kantor LSI, Jakarta, Rabu 24 Januari 2018.

PKS-Golkar Siap Menangkan Pilkada Depok 2024

Ia menjelaskan, pada Pileg 2014, perolehan suara PDIP sebesar 18,95 persen. Lalu, pada survei LSI Agustus 2017 meningkat menjadi 28,3 persen. Sementara itu, Golkar juga meningkat dari 14,75 persen ke 15,5 persen pada Januari 2018.

"Untuk pertama kali, Golkar mampu meraih dukungan di atas perolehan suaranya di Pemilu 2014. Pada sejumlah survei sebelumnya, elektabilitas Partai Golkar justru menurun. Terutama ketika kasus e-KTP mencuat dan melibatkan Setya Novanto, mantan ketua umum Golkar," tutur Rully.

PKS Mengaku Siap Hadapi Koalisi Enam Partai di Pilkada Depok 2024

Kemudian, ia melanjutkan, tren kenaikan elektabilitas Golkar membaik pascapergantian kepemimpinan. Sebenarnya, elektabilitas Golkar pada Agustus 2017 sempat berada di bawah Gerindra sebesar 11,6 persen.

Hanya saja elektabilitas Golkar terus naik pada Desember 2017 sebesar 13,8 persen hingga puncaknya pada Januari kembali naik 15,5 persen mengalahkan Gerindra. "Sementara elektabilitas PDIP mengalami penurunan. Pada survei LSI Agustus 2017, elektabilitas PDIP berada di angka 28,3 persen," kata Rully.

Ia menambahkan, pada Desember 2017, elektabilitas PDIP justru turun hingga 22,7 persen. Lalu, pada Januari 2018 terus turun hingga 22,2 persen. Ia menganalisis, penyebab suara PDIP turun karena pemilih yang sebelumnya 'lari' ke PDIP kembali ke 'kandang' Golkar.

"Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis dan memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah," kata Rully.

Dalam survei ini dilakukan dengan 1.200 responden. Survei ini menggunakan metode multi stage random sampling. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka serentak di 34 provinsi sejak 7 hingga 14 Januari 2018. Margin of error plus minus 2,9 persen dengan riset kualitatif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya