- VIVA.co.id/Agus Rahmat
VIVA – Fenomena politikus lompat ke partai lain dengan menjadi bakal calon anggota legislatif untuk Pemilu 2019 menuai sorotan. Kabarnya, sejumlah politikus pindah ke partai lain karena ada transfer fee dengan nominal tertentu.
Sekretaris Jenderal Partai Perindo, Ahmaf Rofiq menilai cara-cara seperti itu dengan adanya mahar, sangat tidak bagus. Ia mengkritik partai yang melakukan itu cenderung tak sabar dalam politik.
"Adanya transfer, ada partai yang ugal-ugalan. Ini ada ketidaksabaran dalam politik. Ada ambisi besar yang membahayakan bangsa ini," jelas Rofiq, dalam diskusi di Warung Daun Cikini Jakarta, Sabtu 21 Juli 2018.
Bagi dia, mudahnya caleg pindah parpol seperti menjadi tamparan keras bagi partai politik. Sebab, fenomena ini seolah-olah tak ada lagi idiologi dalam partai itu.
"Kalau dulu orang sudah punya partai, Golkar saja mau ke PDIP rasanya tidak cocok," kata Rofiq.
Maka ia khawatir, pada 2019 ini nanti pemilu jauh lebih brutal. Karena pemilu presiden dan legislatif berjalan bersamaan.
Sementara, ia melihat fokus masyarakat, hanya pada pemilu presiden. Ia berharap, masyarakat lebih jeli memilih caleg yang benar-benar bukan transferan.