Soal Tampang Boyolali, kalau Prabowo yang Ngomong Lain Cerita

Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto (tengah) mengenakan topi dari Komandan Jenderal Kopassandi Abdul Rasyid Abdullah Syafii (kanan) pada deklarasi dukungan Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan candaan Prabowo Subianto soal tampang Boyolali tidak lucu.

Sebut Sahabat Lama, Prabowo Unggah Foto Ketemu Surya Paloh Deklarasi Nasdem Bergabung

Burhanuddin menyatakan bahwa kasus Tampang Boyolali mengingatkan pada kasus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pidato yang dipotong jadi sorotan.

"Candaan itu tidak lucu. Kalau konteks pidato ini saya dejavu, ingat Ahok konteks pidato yang dipotong," kata Burhanuddin di ILC, Selasa malam, 6 November 2018.

KSAD Tegaskan TNI AD Tegak Lurus Selama Masa Transisi Kepimpinan Presiden Jokowi

Disadari Burhanuddin, tentu Prabowo tidak ingin mengatakan hal itu untuk bunuh diri. Atau dengan kata lain menjatuhkan elektabilitas diri sendiri.

"Tidak ada satu pun politisi melakukan bunuh diri, menciptakan gol ke gawang sendiri. Kalau guyonan itu disampaikan orang biasa, maka biasa saja. Tapi disampaikan Prabowo, itu jadi lain ceritanya," katanya.

PKB Perkuat Politik Islam dalam Pemerintahan Prabowo-Gibran, Menurut Pengamat

"Saya melihat Prabowo sering menikmati kehidupan di luar negeri. Pak Prabowo ingin mengatakan asing makin hegemoni di Indonesia, tapi konteksnya hilang," kata Burhanuddin.

Sontoloyo

Terkait Sontoloyo, Burhanuddin menilai sebagai bentuk kekagetan Jokowi karena programnya dikritik lawan. "Terkait Sontoloyo hilang konteksnya. Kalau ketika itu Jokowi clear bicara dana kelurahan, menurut Jokowi itu program bagus, tapi kaget apa yang dianggap bagus dikritik," ujarnya.

Setelah itu, baru muncul istilah politik kebohongan. Kasus dua ini tentunya tidak ada dampak untuk semua.

"Setelah Sontoloyo baru muncul istilah politik kebohongan. Kasus dua ini tidak ada dampak sama sekali, bukan menghadirkan proposal kebijakan antara kedua kubu tapi perang saling memburukkan," kata Burhanuddin. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya