Refly: Fadjroel Rachman Bahagia Kelihatannya Dilempar Jadi Dubes

Eks Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman.
Sumber :
  • VIVAnews/ Fikri Halim

VIVA – Pakar hukum tata nefara Refly Harun mengkritisi posisi juru bicara atau jubir Presiden Jokowi. Menurut dia, hal ini jadi problem utama karena banyak yang muncul mengatasnamakan jubir Jokowi dan jubir Istana.

Refly Harun: Anies-Muhaimin Pengkhianat Jika Gabung Pemerintah

Refly menyoroti bahkan sebelum Fadjroel Rachman dilantik jadi Duta Besar RI untuk Kazakhstan, sudah muncul banyak di media televisi yang mengatasnamakan baik Jokowi atau Istana.

"Sehingga kita tidak jelas lagi jubir resminya itu siapa? Memang kemarin Fadjroel Rachman. Tapi, di samping Fadjroel muncul nama-nama lain terutama di KSP. Yang paling utama adalah Ali Ngabalin tentunya. Ada Donny Gahral Adian, ada Irfan Pulungan," kata Refly dalam akun YouTubenya yang dikutip pada Jumat, 29 Oktober 2021.

Puji MK Persilakan Pemohon Serahkan Kesimpulan Sengketa Pilpres, Refly: Luar Biasa

Pun, ia menyebut masih ada jubir lain yang mengatasnamakan Istana seperti Faldo Maldini. Ia bilang, Faldo resminya jubir Mensesneg Pratikno.

"Tapi, bukan soal sekretariat negara, sekretaris negara yang ia jubirkan. Yang dia jubirkan Presiden pula. Jadi, juru bicara presiden itu siapa sesungguhnya ya," ujar Refly.

Soroti Sidang Sengketa Pilpres, Refly: Kita Dibohongi 4 Menteri, Seolah-olah Everything Is Ok

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko bersiap memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Dia mengingatkan setiap pernyataan jubir itu ada dampak karena masyarakat menyangka itu sebagai representasi sikap serta pemikiran Jokowi. Ia menyinggung figur seperti Ali Mochtar Ngabalin yang notabene Tenaga Ahli Staf Utama Kepala Staf Presiden (KSP) kerap kali menyampaikan istilah pernyataan kontroversi seperti otak sungsang, otak septic tank, sampai kadrun. 

"Nah, ini membuat pemerintahan ini bertambah buruk wajahnya karena ulah juru bicara-juru bicara mengatasnamakan Istana. Kalau menurut saya sih begitu," jelas Refly.

Kemudian, dia teringat pernyataan KSP Moeldoko bahwa yang bisa mengatasnamakan jubir adalah dirinya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Pratikno selaku Menteri Sekretaris Negara. Namun, menurutnya tak ada yang rajin bicara kecuali Moeldoko.

"Mensesneg jarang sekali mengeluarkan pernyataan. Dan, staf khusus sebelum Maldini nggak pernah ngomong atau mengeluarkan pernyataan. Kemudian, Seskab apalagi. Sangat tidak pernah ngomong atau mengeluarkan pernyataan," sebutnya.

Lebih lanjut, ia mengkritisi KSP yang banyak memiliki staf dan seolah-olah mengatasnamakan Presiden Jokowi seperti Ngabalin. Ia menyampaikan pernyataan Johan Budi bahwa seorang jubir itu harus tidak punya sekat dengan Presiden.

"Yang bisa bertemu Presiden anytime. Bukan yang punya sekat. Karena yang punya sekat akan ngarang-ngarang dia," kata Refly.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun saat berkunjung ke kantor VIVA di Jakarta

Photo :
  • VIVA/Dhana Kencana

Kemudian, ia menekankan jubir Presiden itu mesti dicari figur yang tepat. Sebab, sosok sekelas Fadjroel saja dianggap tidak memuaskan sehingga dilempar dikasih jabatan untuk menjadi dubes.

"Karena orang sekelas Fadjroel Rachman saja dianggap tidak memuaskan. Iya dong, kenapa? Kalau dia memuaskan akan terus dipakai. Tapi, buktinya dia dilempar menjadi duta besar. Ini kan bahasa halusnya disingkirkan," tuturnya. 

Refly menilai dengan posisi dubes, Fadjroel senang karena bebas dari tugas dan tanggungjawab yang besar. 

"Bagaimana meletakkan di pundaknya beban Istana yang mulai compang camping, yang mulai banyak kritik di sana sini, miskoordinasi di sana sini di dalam banyak isu," lanjut Refly.

"Dan, juga kelakuan pejabat-pejabatnya yang ternyata jika dikritik tidak demokratis juga. Bahkan, mengadukan civil society. Jadi, makin berat tugas seorang juru bicara ketika aura kekuasaan itu makin otoriter," ujarnya.

Refly melihat dengan kondisi itu maka Fadjroel yang menjadi dubes dianggapnya malah bahagia.

"Makanya Fadjroel Rachman bahagia sekali kelihatannya dilempar menjadi duta besar ya," sebutnya.

Terkait sosok yang tepat jadi jubir, ia mengatakan mesti punya interest dan tidak punya jarak bila menyampaikan pesan ke Jokowi.

"Memang langsung dari Presiden Jokowi sendiri, bukan mengarang-ngarang. Bagaimana mungkin juru bicara kalau dua menjadi juru bicara padahal seminggu atau sebulan tidak bertemu presiden," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya