Skenario Capres-Cawapres di Koalisi PAN, Golkar dan PPP

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (ketiga kiri) berbincang dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (ketiga kanan) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kedua kiri) didampingi jajaran pengurus partai saat mengelar pertemuan di Jakarta, Kamis, 12 Mei
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu yang dilakukan PAN, Golkar dan PPP, membuat peta politik nasional berubah. Dia yakin, oara tokoh yang potensial untuk maju di Pilpres 2024, akan menjajaki koalisi ini.

Kembali Mencuat, Golkar Tak Ingin Berandai-andai Soal Kabar Jokowi Gabung

Dradjad menyebut, gabungan koalisi ketiga partai ini sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk mengusung pasangan capres-cawapres. Sebab, berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2019 lalu, gabungan dari ketiga partai itu memperleh 26,82 persen kursi di DPR dan sebanyak 23,93 persen suara nasional.

Maka kondisi ini membuat para tokoh potensial, bisa melirik kekuatan Koalisi Indonesia Bersatu ini.

PKB dan PKS Sepakati Koalisi di Pilkada Serentak 2024, Khususnya di Jateng dan Jatim

"Tokoh yang sekarang menjadi ketum parpol atau putri ketum parpol seperti Puan, Prabowo, Muhaimin dan AHY, mau tidak mau harus mengkaji, apakah koalisi ini bisa diajak mendukung, atau justru menjadi pesaing politik. Tokoh yang bukan ketum parpol seperti Ganjar, Anies, mas Tris (Soetrisno Bachir), Sandi dan Erick, mau tidak mau perlu menjajaki apakah bisa diusung koalisi ini. Singkat cerita, posisi tawar politis dari ketiga parpol ini naik drastis," jelas Dradjad, dalam keterangannya yang diterima, Senin 16 Mei 2022.

Tidak hanya nama-nama di atas. Tetapi ketiga ketua umum partai tersebut, lanjut Dradjad, juga punya potensi untuk menjadi pasangan capres-cawapres. Apalagi saat ini Golkar masih memasang Airlangga Hartarto dan PAN Zulkifli Hasan. 

PDIP Bisa jadi Oposisi, Bantu Pemerintah Mengkoreksi Bukan Saling Berhadapan

"Dengan berkoalisi, stok politik mereka otomatis naik, sehingga bisa saja koalisi nanti mengusung dua ketumnya, di mana satu ketum yang tidak maju akan diberi deal politik yang sangat bagus. Skenario ini bisa saja terjadi," jelasnya.

Koalisi Indonesia Bersatu ini juga, diyakini oleh Dradjad akan menarik perhatian Presiden Jokowi. Memang Presiden dipastikan akan netral dalam proses politik di 2024 mendatang.

"Namun beliau dan keluarganya kan rakyat Indonesia yang mempunyai hak politik. Wajar jika Presiden mempunyai preferensi terhadap capres tertentu dan itu akan diikuti oleh sebagian besar pendukung beliau. Jika Koalisi Indonesia Bersatu mengusung capres tersebut, karena pilpres dan pileg berlangsung serentak, maka ketiga parpol ini berpotensi mendapatkan limpahan suara capres," paparnya.

Efek elektoral terhadap PAN, Golkar dan PPP dalam pemilu juga diyakini oleh Dradjad akan terjadi. Tinggal bagaimana para kader dan calon legislatifnya memaksimalkan itu. Terlebih lagi ketiga partai tersebut memiliki segmentasi pemilih yang berbeda.

"Dari sisi internal PAN, saya melihat kesepakatan koalisi ini adalah booster yang bisa menaikkan elektabilitas para caleg PAN di dapil masing-masing," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya