Partai Gelora: Terlalu Kecil kalau Kami Gembosi Suara PKS

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta di Pengundian Nomor Urut Partai
Sumber :
  • Partai Gelora

VIVA Politik – Fungsionaris DPP Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Poetra Adi Soerjo membantah kehadiran partainya sebagai peserta pemilu tahun 2024 untuk menggerus basis pendukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

DKPP Terima Ratusan Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu sepanjang 2024

Poetra mengatakan PKS terlalu kecil untuk Gelora. Oleh karena itu, anggapan Gelora menggembosi suara PKS, tegas dia, sangat tidak mungkin. “Saya menjawab: terlalu kecil Gelora kalau hadirnya hanya hendak menggembosi PKS,” kata Adi, Selasa, 17 Januari 2023.

Kehadiran Gelora pada pemilu 2024, katanya, untuk merebut kemenangan dan, karena itu, Gelora justru ingin menggembosi semua partai politik peserta pemilu.

Serius Bangun Koalisi di Pilkada Semarang, Golkar dan PKS Buka Pintu untuk Parpol Lain

Rakorwil yang diadakan Partai Gelora Jatim secara hybrid.

Photo :
  • VIVA/Nur Faishal

“Kami hadir tarung pemilu itu untuk menang pemilu; kita menggembosi semua parpol kontestan pemilu, bukan PKS 
saja,” ujarnya.

Oposisi Diperlukan agar Ada yang Mengingatkan kalau Ada Penyimpangan, Menurut Pakar BRIN

Dalam diskusi politik The Interview Coffee Session yang digelar oleh VIVA di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 14 Januari, Ketua Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Gelora Rico Marbun mengatakan partainya mendorong Ketua Umum Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah menjadi capres atau cawapres.

Kedua nama itu dikenal sebagai mantan kader PKS. Rico mengatakan, usulannya itu tak bisa dipandang remeh lantaran Partai Gelora memiliki 700 ribu kader di daerah.

"Kalau Gelora jelas, orang-orang seperti Anies Baswedan dan Ridwan Kamil yang tidak punya partai bisa, apalagi kami yang punya 700 ribu kader. Tentu kami ingin mengajukan Pak Anis Matta dan Pak Fahri Hamzah sebagai capres atau cawapres," ujar Rico.

Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Partai politik harus berani mendorong kadernya untuk bisa maju dalam kontestasi pemilu 2024. Sebab, dia mulai melihat fenomena adanya parpol yang tak mengusung kader maju dalam kontestasi politik.

Jika masalah ini terus dilanjutkan, demokrasi di Indonesia bisa menyusut. Sebaliknya, Rico tidak mengetahui apakah ada pihak mengondisikan hal tersebut di masyarakat.

"Jadi, kita tidak tahu apakah, kalau menurut saya ini ada benturan. Ada benturan antara figuritas pimpinan parpol dengan opini yang entah dibangun dari mana. Kalau ini dibiarkan terus menerus, itu yang terjadi adalah susutnya kualitas demokrasi," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya