- SP/ Fiqih Arfani
VIVAnews - Pengajuan pengunduran diri Wakil Walikota Surabaya, Bambang Dwi Hartono mendapat reaksi beragam. Pro dan kontra, semakin menyeruak di berbagai obrolan. Tak terkecuali kalangan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Di kalangan PNS, tersiar mundurnya Bambang karena dirinya tidak kuat lagi bekerja dengan Walikota, Tri Rismaharini. "Ini karena Bambang DH sudah terlalu sering tidak 'dianggap' lagi oleh Bu Risma," kata seorang PNS di lingkungkungan pemkot.
Terkait itu, Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair), Dr. Aribowo, MA, berpendapat pengajuan pengunduran diri Bambang DH yang tiba-tiba bisa punya dua makna. "Yang jelas ini membuat kian rumit suasana di tengah perseteruan antara Risma dan Wisnu (Ketua DPC PDIP, red)," kata Aribowo, Jumat 4 Februari 2011.
Ia menduga mundurnya Bambang dari kursi Wakil Walikota adalah sebuah skenario dari PDI-P yang saat ini diketahui sedang berusaha melengserkan Risma dari jabatannya. Dugaan kedua, skenario PDI-P Jawa Timur sebagai tekanan untuk mengatakan bahwa Dewan Pimpinan Pusat PDIP tidak mengetahui persoalan yang sebenarnya terjadi di Surabaya.
Sebelumnya, sejumlah fungsionaris pusat partai turun ke Surabaya untuk turut campur dalam perseteruan penentuan sikap antara PDI-P di DPRD Surabaya dalam upaya melengserkan Walikota Risma. "Begitulah cara DPD PDI-P Jawa Timur bernegosiasi," kata Aribowo.
Aribowo sendiri tidak yakin pengajuan pengunduran diri Bambang ini akan disetujui DPP PDI-P. Ari mengatakan, Bambang adalah maskot PDI-P di Surabaya. Nasib Risma sebagai Walikota Surabaya kuncinya ada di tangan Bambang dan PDI-P.
Sementara, Ketua DPC PDI-P Kota Surabaya, Wisnu Shakti Buana, menolak anggapan adanya skenario untuk mengganti Risma.
Laporan Tudji Martudji | Surabaya