- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi kubu yang paling disorot terkait isu perombakan kabinet (reshuffle). Meski saat ini masih bagian dari koalisi partai yang memerintah, suara-suara dari kader PKS dianggap terlalu keras. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, bahkan mengatakan suara PKS lebih keras dari oposisi.
Terkait sorotan itu, Menteri Sosial yang juga kader PKS, Salim Segaf Al-Jufri, menyatakan, tidak ada masalah di internal PKS terkait isu reshuffle kabinet. "Biasa-biasa saja, tak ada kisruh-kisruh. Kalau masalah isu reshuffle, itu hak prerogatif presiden," ujar Salim di DPR RI, Jakarta, Rabu 12 Oktober 2011.
Menurut Salim, beberapa kader PKS yang mengomentari isu reshuffle semata menyampaikan pendapat pribadi. "Memang ada beberapa ungkapan dari anggota PKS tapi itu bukan suara PKS. Itu hanya pribadi," kata Salim.
PKS, lanjut Salim, justru bersikap biasa saja atau tidak melakukan manuver apapun dalam menghadapi isu reshuffle. "Masalah reshuffle, PKS sangat smooth (tenang). Kami pandang itu merupakan hak prerogatif presiden dan kami hanya menunggu," kata Salim."Kami tunggu saja dan PKS akan selalu smooth, tidak ada upaya-upaya melakukan pressure (tekanan), karena itu tidak benar," tambah Salim.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta menjelaskan latar belakang pernyataannya yang dianggap keras. "Tentang sikap yang saya sampaikan beberapa waktu lalu, sebenarnya tidak terkait dengan menteri-menteri PKS, tetapi tentang reshuffle -nya sendiri. Ide tentang reshuffle secara keseluruhan," ujar Anis saat ditemui di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Selasa, 11 Oktober 2011.
Anis mengaku kaget, manakala polemik mengarah pada PKS harus keluar koalisi atau dikeluarkan. Menurut dia, sampai saat ini tidak ada ancaman seperti itu antar pengambil keputusan, baik di PKS ataupun SBY.