Pengamat: Kongres Tak Akan Pecah PAN

HUT PAN ke 15
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Walau pertarungan memperebutkan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) periode 2015-2020 makin panas, namun potensi konflik partai berlambang matahari ini, sangat minim.


Pengamat politik dari Indonesian Institute, Abdu Rohim Ghozali, mengatakan, PAN walau pertarungannya tinggi, namun tidak akan bernasib seperti PPP atau Golkar.


"PAN itu peluang konflik kecil. Karena tradisi di PAN kalau tidak setuju dengan yang dipilih, dia akan menjadi oposisi pasif di partai atau mengeluarkan diri," kata Rohim, dalam rilis survei Pusat Data Bersatu (PDB), di Jakarta, Jumat 27 Februari 2015.


Kondisi ini, memang terjadi di PAN. Rohim mengatakan, contoh kasus adalah Soetrisno Bachir, yang merupakan Ketua Umum PAN 2005-2010.


Saat Kongres di Kepulauan Riau yang memenangkan Hatta Rajasa secara aklamasi, Soetrisno Bachir memilih tidak aktif di partai.

PAN Minta Warga Surabaya Rela Lepas Risma ke DKI

"Dia menjadi oposisi pasif, tapi tidak keluar dari PAN," katanya.
Pesta Narkoba, Politikus PAN Ditangkap BNN


PAN Jajaki Koalisi dengan PDIP di Pilkada Yogyakarta
Memang, ada beberapa kader dan elite PAN yang tidak sepaham dengan partai dan memilih untuk keluar.

Rohim mencontohkan, Faisal Basri maupun Goenawan Muhamad. Faisal adalah Sekjen DPP PAN era Ketum Amien Rais. Namun, dia memilih untuk keluar dari PAN.


"Yang tidak setuju Amien Rais, keluar. Tapi, tidak membuat partai baru," katanya.


Selain itu, kata pengajar di Universitas Paramadina ini, faksi-faksi di PAN tidak terlalu banyak dan ideologis. Hal ini, berbeda dengan partai-partai besar seperti Golkar.


"Semakin tinggi pohon semakin kuat berhembus. Makin besar partai, makin besar konfliknya. Makin besar faksinya, maka makin besar konfliknya. Partai-partai besar itukan lebih besar faksinya," jelas dia.


Baca juga:



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya