Strategi BI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside/Files

VIVA – Bank Indonesia mengungkapkan strategi untuk menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus berlanjut. Salah satunya dengan mendorong penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) kepada setiap pelaku usaha eksportir maupun importir dalam menjalankan transaksi perdagangan luar negerinya.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan penggunaan dolar AS dalam transaksi perdagangannya. Sebab, melalui LCS tersebut, transaksi akan lebih murah dan juga bisa menekan kebutuhan dolar AS. 

Meski begitu, dia mengungkapkan, saat ini Indonesia baru menjalin kerja sama terkait penggunaan LCS dengan dua negara, yakni Malaysia dan Thailand.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

"Kita sudah ada LCS kan, kami terus mendorong pengusaha untuk pakai LCS," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Senin 23 April 2018.

Agusman tak memungkiri, masih banyak pengusaha yang belum menggunakan fasilitas tersebut. BI pun akan terus mendorong pengusaha agar tidak lagi bergantung pada dolar AS untuk melakukan transaksi perdagangan luar negerinya. 

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Ya kita dorong, ini kan kalau pengusaha bukan hanya satu faktor. Kami melihat situasi itu, termasuk yang kami dorong itu single currency di Malaysia, Thailand. Pada saat itu sesama kita bisa, ngapain beli currency lain," ungkapnya.

Bank Indonesia (BI) mencatat, transaksi ekspor impor langsung dengan mata uang lokal antara korporasi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand masih sepi peminat. Sejak diluncurkan akhir tahun lalu, transaksinya baru mencapai Rp28,69 miliar sepanjang Januari-April 2018. 

Angka tersebut masih terbilang kecil. Sebab, 94 persen perdagangan antara Indonesia-Malaysia masih menggunakan dolar AS. 

"Makanya kami mau dorong agar mereka tidak menggunakan dolar AS, tetapi dengan baht atau ringgit dan rupiah," ungkapnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya