Langkah Konkret Jokowi Hadapi Perang Dagang AS-China

Ilustrasi pelabuhan peti kemas di Amerika Serikat.
Sumber :
  • reuters

VIVA – Presiden Joko Widodo menggelar rapat kabinet tertutup di Istana Bogor. Langkah itu untuk menyikapi ancaman perang dagang antara AS dan China yang bisa berimbas ke Indonesia.

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Usai rapat, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, kondisi di global tersebut membuat pemerintah mengambil langkah memperkuat perekonomian nasional.

"Memberi ketenteraman kepada industri nasional atau para pengusaha agar iklim investasi ini bisa dijaga," lanjut Airlangga, dalam keterangan persnya di Istana Bogor, Senin 9 Juli 2018.

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Airlangga mengatakan, catatan rapat kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi adalah pada peningkatan ekspor. Juga melakukan optimalisasi terhadap impor dan mengembangkan substitusi impor agar perekonomian semakin kuat.

"Jadi beberapa hal yang menjadi catatan, Bapak Presiden tadi menyampaikan bahwa kita melakukan optimalisasi tool fiskal, baik berbentuk bea keluar, bea masuk maupun harmonisasi dari bea masuk itu sendiri agar industri mempunyai daya saing dan mampu melakukan ekspor," jelas Airlangga.

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Pemerintah juga ingin memastikan, agar ada jaminan terhadap ketersediaan bahan baku. Selain itu, insentif-insentif hendak diberikan untuk menggenjot terjadinya peningkatan ekspor.

"Misalnya industri yang sudah padat karya dari Jabar ke wilayah lain termasuk misalnya Jateng, pemerintah juga akan memberikan insentif untuk usaha-usaha kecil menengah, terutama di bidang furnitur," katanya.

Menghadapi perang dagang AS dan China, yang dinilai berdampak pada perdagangan Indonesia, Airlangga mengatakan, pemerintah juga menggenjot penggunaan produksi dalam negeri. Industri lokal akan didorong untuk menggunakan bahan baku dari dalam negeri dengan porsi yang lebih besar.

"Termasuk di antaranya mengkaji industri-industri nasional yang bisa utilisasinya ditingkatkan untuk melakukan ketersediaan bahan baku di dalam negeri," katanya.

Antisipasi lanjutannya, jelas Airlangga, adalah memaksimalkan pendapatan dari sektor pariwisata.

"Tentunya pengembangan airport, juga untuk pengembangan low cost carrier, pariwisata ini salah satu sektor yang paling cepat bisa digenjot," katanya.

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024