BPS Sebut Cuma Petani Tanaman Pangan yang Daya Belinya Naik

Petani memanen jeruk di desa Segeran Kidul, Indramayu, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat, daya beli petani secara nasional pada November 2018 kembali mengalami kenaikan. Hal itu tercermin dari perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) yang sebesar 103,12 atau naik 0,09 persen dari Oktober 2018 yang sebesar 103,17. Pada periode Oktober, NTP turun sebesar 0,14 persen.

Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru

Kenaikan NTP secara nasional itu dikarenakan indeks harga yang diterima petani atau lt naik sebesar 0,26 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani atau Ib yang hanya sebesar 0,17 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, meski secara nasional daya beli petani mengalami kenaikan, namun secara sub sektornya, kenaikan daya beli petani hanya terjadi untuk petani tanaman pangan. NTP tanaman pangan pada November 2018 naik sebesar 1,37 persen.

Miris, Video Seorang Petani Menangis Histeris Gegara Harga Jagung Anjlok Drastis

"Bahwa kenaikan NTP hanya terjadi untuk sub sektor tanaman pangan yang naik 1,37 persen. Sementara sub sektor lain seperti holtikultura, tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan mengalami penurunan," kata dia di kantornya, Senin 3 Desember 2018.

Dia menjelaskan, daya beli petani tanaman pangan meningkat karena peningkatan harga komoditas padi dan palawija, khususnya gabah dan jagung, yang masing-masing sebesar 1,86 persen dan 1,01 persen. Sehingga It petani tanaman pangan naik 1,47 persen sementara Ib naik 0,10 persen.

Harga Pangan Dunia Naik, Jokowi Bersyukur RI Termasuk yang Masih Rendah

"Jadi kenaikan harga gabah sebabkan indeks yang diterima petani naik lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani," tegas pria yang akrab di sapa Kecuk itu.

Adapun untuk nilai tukar petani holtikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, hingga perikanan atau nelayan dan pembudidaya ikan, mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,69 persen, 0,69 persen, 0,26 persen, dan 0,47 persen.

Untuk nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat, kata Suhariyanto turun karena penurunan harga komoditas kelompok sayur-sayuran seperti petai dan tomat sebesar 0,95 persen, hingga buah-buahan seperti mangga dan jambu biji sebesar 0,43 persen. Sementara itu, untuk nilai tukar petani peternakan turun karena turunnya harga ternak besar sebesar 0,03 persen.

Adapun inflasi pedesaan yang merupakan indeks konsumsi rumah tangga petani di 33 provinsi pemantauan BPS, pada November 2018 secara nasional mencapai 0,12 persen atau turun dari inflasi pedesaan Oktober 2018 yang sebesar 0,38 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,17 persen. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya