Menteri Bambang Ingin Contoh Australia Kembangkan Pendidikan Vokasi

Menteri PPN/Kepala Bapppenas Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • M Yudha Prastya.

VIVA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, Pemerintah Indonesia perlu belajar banyak dari pemerintah Australia, dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan vokasi.

Kemenpora: Proses Transisi Pemerintahan Harus Diisi Gagasan Segar Anak Muda

Sebab, meskipun saat ini pemerintah sudah memiliki sistem dan pola pendidikan vokasi, namun hal itu dianggap masih belum sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan. Khususnya, dari pemberi kerja atau orang-orang yang siap menciptakan lapangan kerja.

"Sehingga, yang terjadi akhirnya diciptakan lapangan pekerjaan baru, tetapi pelamarnya sangat terbatas," kata Bambang di acara Indonesia Development Forum 2019, di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa 29 Januari 2019.

Pemprov DKI Jakarta Raih Penghargaan 3 Provinsi Terbaik, Wujudkan Kota Berketahanan

"Di satu sisi, ada satu jenis pekerjaan yang sebenarnya sudah jenuh. Artinya, sudah banyak orang yang bekerja di situ, sehingga meskipun kesempatan kerjanya tidak sedikit, tetapi yang melamar banyak sekali," ujarnya.

Bambang pun mencontohkan, sektor perbankan, yang kerap membuka porsi lapangan kerja cukup besar. Di mana, sektor itu pun saat ini dihadapkan pada tantangan era digital, yang membuat dunia perbankan cenderung mengurangi jumlah pekerjanya akibat adanya sejumlah terobosan teknologi.

Buka Musrenbangnas 2024, Jokowi Ingatkan Pemerintah Daerah Harus Seirama dengan Pusat

"Dengan adanya era digital, ada elektronik banking bahkan e-Money, lama kelamaan bank pun akhirnya akan mengurangi jumlah pekerjanya," kata Bambang.

Mengenai kendala utama dari masalah tersebut, Bambang mengakui, sistem pendidikan Indonesia yang masih bertumpu pada jenis-jenis pekerjaan tradisional yang sudah ada, menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah pelamar.

Meski demikian, lanjut Bambang, di sisi lain ada juga jenis lapangan pekerjaan yang butuh keterampilan tinggi. Kemudian, memiliki kesempatan kerja yang besar, tetapi tidak ada pelamar kerja yang berminat.

"Maka, di situlah kita harus belajar dari Australia dalam hal pendidikan vokasinya. Karena di Australia itu mereka punya lembaga untuk up-skilling dan re-skilling para pekerja," kata Bambang. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya