Faisal Basri: Indonesia Bangun Infrastruktur Jangan Tiru China

Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri saat hadir dalam Konferensi Regional Akuntansi di Malang, Jawa Timur, pada Kamis, 3 Mei 2018.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance atau CIDES, Faisal Basri menilai, pembangunan infrastruktur yang selama ini dilakukan oleh Pemeritahan Joko Widodo selalu mengikuti model pembangunan infrastruktur di China.

Tiga Hari Diluncurkan, Mobil Ini Laku Ribuan Unit

Menurutnya, itu terlihat dari berbagai pembangunan infrastruktur yang digenjot pemerintah berbasis transportasi massal daratan, seperti jalan tol, maupun kereta cepat. Padahal, itu hanya cocok bagi negara-negara yang memiliki struktur geografis yang didominasi daratan.

"Indonesia kalau bangun infrastruktur, jangan tiru China. China bangun kereta cepat, kita kereta cepat. Jangan tiru itu, Malaysia, Rusia. Kita ini negara maritim," tutur dia, dalam acara diskusi di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis 28 Marer 2019.

Indonesia Becomes the Second Largest Exporter of Ornamental Fish

Karena struktur geografis Indonesia di dominasi lautan, maka dikatakannya, pembangunan infrastruktur berbasis kemaritiman harus menjadi fokus utama pemerintah. Namun, hal itu tidak dilakukan, dibuktikannya dari data Bank Dunia yang menunjukkan bahwa kualitas pelabuhan Indonesia 50 persen lebih rendah dari negara lain.

"Kita rangking-nya lebih rendah dari Malyasia, Singapura, Thailand, untuk kualitas pelabuhan dan juga di bawah rata-rata Asia Timur dan Asia Pasifik. 50 persen di bawah dari rata-rata World Bank Logsitic Index," tegas dia.

Siap Debut di RI, Zeekr Bakal Bikin Fasilitas Produksi?

Akibat dari fokus pembangunan yang tidak sesuai dengan kontur wilayah, dia mengungkapkan, pembangunan infrastruktur Indonesia tidak memberikan kontribusi yang positif terhadap penurunan biaya logistik.

Berdasarkan data yang dimilikinya, biaya logsitik Indonesia paling mahal dibanding negara-negara lainnya se Asia, yakni mencapai 25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, Vietnam hanya di kisaran 20 persen, Thailand 15 persen, Malaysia, Filipina hingga India yang berada di kisaran 14 persen.

"Urat nadinya kan di logistik, kita dibilang low quality. Jadi, kalau bisnis di Indonesia, habis diongkos. Jadi, barang itu dikirim ke sana harga sudah naik. Kalau kita mau bangun infrastruktur, maka penguatannya mulailah dari maritim, jangan tol," ungkap Faisal. (asp)

Olimpiade Paris 2024

Skandal Doping Bayangi Olimpiade Paris 2024?

China dituduh menutup-nutupi tes positif doping terhadap perenang Olimpiade China pada tahun 2021 dan berusaha mengirim mereka untuk berpartisipasi dalam Olimpiade 2024.

img_title
VIVA.co.id
7 Juni 2024