Harapan Dirut BRI Jika Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Hari Ini

Direktur Utama Bank BRI Sunarso dalam Webinar Nasional “The Future of Digital Banking”, Kamis (23/07).
Sumber :

VIVA – PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengungkapkan dampak positif dari kebijakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sebagaimana diketahui, hari ini BI akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur untuk menetapkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate.

Bank Indonesia: Modal Asing Masuk Rp 22,84 Triliun Imbas Kenaikan Suku Bunga

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, jika hari ini BI memangkas suku bunga acuannya dari 3,75 persen, dipastikannya akan sangat memberikan dampak positif terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Dipastikannya perbankan akan segera mentransmisikan penurunan itu ke suku bunga kredit.

"Memang bisa berpengaruh terhadap penurunan suku bunga kredit itu bisa dongkrak pertumbuhan kredit karena tantangan kita bukan masalah likuiditas," kata dia saat konferensi pers virtual, Kamis, 18 Februari 2021.

PNM Bakal Turunkan Bunga Pinjaman Meski BI Rate Naik, Ini Alasannya

Dia menekankan, perbankan saat ini masih memiliki kapastias untuk menyesuaikan penurunan suku bunga kredit. Sebab, dia menekankan, likuditas bank saat ini sangat melimpah, tercermin dari loan to deposits ratio (LDR) yang di atas kondisi normal, yakni 90 persen.

"Dalam kondisi untuk dorong pertumbuhan kredit dan sektor riil itu kira-kira LDR ideal 90 persen, maka tantangan perbankan adalah optimalkan penyaluran likuiditas supaya LDR mencapai 90 persen," paparnya.

BI Pede Ekonomi RI 2024 di 5,5 Persen Meski Suku Bunga Naik 

Secara umum, dia menekankan, jika penurunan suku bunga dilakukan perbankan, dunia usaha atau sektor rill tidak serta merta langsung melakukan peminjaman kredit baru ke bank. Tergambar dari suku bunga kredit bank yang sudah diturunkan dari 22 persen menjadi 15 persen.

"Saat suku bunga 22 persen, pertumbuhan kredit bisa 20 persen pula dan bahkan selalu double digit. Tapi ketika bunga diturunkan jadi 15 persen dan bahkan disubsidi sehingga yang dibayar masyarakat hanya 7 persen justru suku bunga rendahnya sebabkan pertumbuhan kredit rendah," ucap dia.

Oleh sebab itu, dia menekankan, salah satu faktor elastis yang memicu pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Dua faktor itu harus distimulus oleh bauran kebijakan ditambah dengan penurunan suku bunga acuan.

"Jadi ini harus kita sinkronkan dan kolaborasikan menjadi satu bauran kebijakan yang memang betul-betul riil bisa menggerakan sektor riil pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," tegas dia.

Dia memastikan, jika Bank Indonesia pada hari kembali memangkas suku bunga acuan, suku bunga kredit perbankan akan segera mengikuti. Sebab, yang dibutuhkan untuk menggerakan roda perekonomian saat ini adalah meningkatkan penyaluran pembiayaan usaha.

"Kalau nanti ada peluang penurunan suku bunga tantangannya secepat mungkin kita transmisikan ke sektor riil dalam bentuk penurunan suku bunga kredit yang kita kolaborasikan," ujar Sunarso.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya