Luhut Klaim Usai PPKM PMI dan Keyakinan Konsumen RI Naik

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan
Sumber :
  • Marves

VIVA – Usai Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM oleh pemerintah dalam mengendalikan COVID-19 di seluruh Indonesia, beberapa capaian dari pemulihan ekonomi nasional mulai tunjukkan keberhasilan. 

Luhut Siap jadi Penasihat Prabowo, Petinggi Gerindra: Yang Ini Juga Belum Kita Bahas

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan, mengatakan  capaian-capaian tersebut terlihat dari Indikator aktivitas manufaktur Purchasing Managers Index (PMI) hingga hilirisasi minerba.

"PMI Manufaktur Indonesia mencetak rekor pada Oktober 2021 dan merupakan salah satu yang terbaik di negara ASEAN," kata Luhut di depan siswa Seskoad, seperti dikutip dari Antara, Jumat 19 November 2021.

Hadiri Upacara Penjernihan Air di World Water Forum 2024, Luhut: Komitmen RI Lindungi Alam

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 19 November 2021: Global Naik, Antam Amblas

Menurut dia, PMI Manufaktur Indonesia pada Maret dan April 2020 sempat mengalami penurunan yang signifikan pada angka 27,5. Dan itu beda dari saat PPKM diberlakukan awal Juli 2021 lalu, terjadi sedikit penurunan namun langsung mengalami peningkatan yang signifikan pada Oktober mencapai 57,2.

Luhut Tegaskan RI Harus Jadi Contoh Transisi Energi Berkeadilan

Selain PMI manufaktur, indeks keyakinan konsumen dari Bank Indonesia yang sempat turun ke tingkat pesimis karena penerapan PPKM, telah kembali pada tingkat optimis hanya dalam waktu tiga bulan.

Saat ini Indeks Keyakinan Konsumen Oktober 2021 berada pada tingkat tertinggi di masa pandemi, yakni mencapai 113,4 dengan skala nilai optimis lebih dari 100.

Pasca pandemi, lanjut Luhut, Indonesia dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih besar. Dibutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen untuk dapat mencapai visi Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum 2045.

Ilustrasi Industri manufaktur.

Photo :
  • Dokumentasi PT Grand Kartech Tbk.

Maka, untuk mencapai sasaran tersebut, Indonesia tidak bisa mengandalkan model ekonomi masa lalu, yang hanya mengandalkan ekspor komoditas. Indonesia harus bergerak menjadi negara industri, salah satunya dengan hilirisasi sumber daya alam.

Indonesia, disebut Luhut memiliki cadangan sumber daya alam yang besar untuk kebutuhan energi bersih, misalnya, nikel, bauksit, tembaga, dan timah yang permintaannya akan meningkat seiring dengan komitmen banyak negara untuk mengatasi perubahan iklim.

Melalui hilirisasi nikel, Indonesia menjadi bagian dari rantai pasokan baterai di dunia untuk mewujudkan visi penurunan emisi pada 2030 melalui penggunaan kendaraan listrik (electric vechicle/EV) atau kendaraan listrik.

"Hilirisasi sumber daya alam dapat mengurangi defisit transaksi berjalan Indonesia," ujar Luhut. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya