ESDM: Pendanaan Transisi Energi dari Negara Maju Cuma Janji-janji

Ilustrasi sumber energi terbarukan.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai bahwa pernyataan negara-negara maju yang ingin mendanai proses transisi energi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia hanya janji-janji belaka.

PLN Indonesia Power Siapkan Ragam Listrik EBT untuk Kebutuhan 35 Tahun ke Depan

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, ini pun masih terjadi hingga saat pertemuan COP26 di Glasgow hingga 12 November 2021 kemarin.

Kondisi ini yang menurut Rida turut membuat Presiden Joko Widodo sedikit kesal terhadap janji-janji negara maju tersebut. Padahal mereka menuntut emerging market untuk mulai mempercepat transisi energi.

Memahami Transisi Energi Bersama Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia

Baca juga: Ditanya Kasus Cekcok Ibu Arteria Dahlan, Polisi Bilang Begini

"Kita sih nunggu saja, sudah sodorkan semua program dan roadmap, mereka janji, kami siap bantu sekian ratu miliar dolar, kita diem aja. Maksud saya gini duitnya mana, show me the money," kata dia di Kadin Indonesia, Rabu, 24 November 2021.

Demi Cari Solusi Percepatan Transisi Energi, MKI Mulai Jalin Kolaborasi

Rida pun mengungkapkan, pada dasarnya janji-janji ini telah mereka umbar sejak 2015, namun hingga 2021 pun tidak ada satupun pendanaan yang dicairkan oleh mereka untuk mempercepat proses transisi energi.

"Dijanjiin pak setiap tahun US$100 miliar, sampai saat ini berapa? buat kita enggak ada, belum dan itu terulang lagi kemarin. Makanya bapak Presiden kemudian agak kesel juga meskipun ini isunya akan dibawa ke G20 tahun depan," paparnya.

Dia pun menekankan, sikap ini bukan berarti Indonesia meminta-minta atau mengemis dana ke negara maju untuk mempercepat proses transisi energi di dalam negeri.

Melainkan, kata dia, ini hanya sebagai bentuk penagihan komitmen kepada negara maju yang mengklaim bahwa energi fossil yang dipakai selama ini menyebabkan perubahan iklim. 

Presiden Joko Widodo menghadiri KTT COP26 yang dilaksanakan di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia.

Photo :
  • Biro Pers Sekretariat Presiden

Apalagi, negara-negara berkembang atau emerging market masih membutuhkan energi yang besar untuk mendukung laju industrialisasi yang sangat berkembang.

"Tapi ini faktanya, suka tidak suka sampai hari ini kita ditopang oleh batu bara sebesar 65 persen, atau secara umum ditopang 90 persen dari energi fosil yang kita pahami sesuatu yang tidak sustain atau tidak akan ada terus," tegas Rida.

Dia juga menekankan, Indonesia telah memiliki program unggulan seperti pensiun dini atau early retirement PLTU Batu Bara yang mampu menekan emisi gas rumah kaca sangat tinggi.

"Makin banyak yang bisa dicapai pengurangannya tapi dari sisi time window, waktunya bisa dipercepat lagi-lagi kalau sekiranya dunia internasional mau membantu kita, tapi sekali lagi kita tidak mengemis untuk itu," papar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya