Hadapi Krisis Global, Ekonomi RI Harus Kurangi Ketergantungan pada AS

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Perekonomian global hari ini tengah dihadapkan pada ancaman krisis yang terakumulasi dari sejumlah hal. Seperti pandemi COVID-19 yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir serta dinamika geopolitik antara Rusia-Ukraina.

Lebih 2 Ribu Mahasiswa yang Bela Palestina di Seluruh AS Ditangkap Polisi

Sejumlah perubahan kebijakan yang bakal dilakukan oleh Amerika Serikat dan The Federal Reserve guna menghadapi ancaman krisis ekonomi secara global itu, disebut-sebut bakal sangat berdampak secara signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini, mengamini hal tersebut. Sebab, menurutnya saat ini pengaruh Amerika Serikat memang sangat besar bagi dinamika perekonomian nasional.

AS Setop Kirim Senjata ke Israel, Perdana Sejak Agresi ke Gaza

Baca juga: Pengamat Ini Usul Subsidi BBM Diganti ke Transportasi Publik

"Amerika Serikat itu besar pengaruhnya, terutama untuk sektor keuangan Indonesia. Jadi jika ada perubahan suku bunga yang merupakan kebijakan The Federal Reserve itu bergerak naik atau turun, maka dampaknya akan langsung dirasakan oleh Indonesia," kata Didik saat dihubungi VIVA, Senin 13 Juni 2022.

Ferrari Luncurkan Supercar Penerus 812 Superfast

Bahkan, Didik berpendapat bahwa signifikannya dampak dari perubahan kebijakan perekonomian AS terhadap perekonomian Indonesia itu, lebih tinggi dibandingkan faktor-faktor internal lainnya. 

"Maka ini kecelakaan juga, karena kita tidak boleh sangat tergantung terhadap faktor-faktor perubahan di Amerika. Ini penyebabnya harus dicari karena celaka kalau sampai begini terus," ujarnya.

Dia menegaskan, Indonesia harus segera mencari jalan keluar, agar dinamika perubahan kebijakan ekonomi AS tidak terus menerus berdampak signifikan dan memberatkan perekonomian nasional. Salah satu caranya yakni menguatkan ekonomi nasional, dengan mendorong agar ekspor Indonesia bisa lebih kuat ke depannya.

"Ekspornya dibuat sekuat mungkin sehingga menghasilkan devisa yang kuat. Supaya sektor keuangan kita tidak terpengaruh, tidak kekurangan devisa, kekurangan dana untuk impor, dan lain sebagainya," kata Didik.

Wall Street New York

Photo :
  • VIVAnews/Anton PM/ New York

Didik menekankan hal tersebut, karena menurutnya selama 10 tahun terakhir ini tidak ada perkembangan signifikan dalam tingkat ekspor Indonesia ke mancanegara. 

Jika dalam beberapa waktu terakhir ekspor Indonesia terbilang meningkat, hal itu menurutnya lebih disebabkan dampak dari adanya konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina yang membuat sejumlah harga komoditas ikut naik.

Dia mengaku khawatir bahwa jika kondisi ini tidak segera diperbaiki oleh pemerintah, maka dampak dari perubahan kebijakan ekonomi di Amerika Serikat akan semakin langsung terasa bagi masyarakat Indonesia.

"Misalnya melalui pengaruh kenaikan harga, inflasi. Karena BI juga akan menyesuaikan (dengan kebijakan The Fed), dan pengaruhnya juga besar bagi masyarakat. Jadi ketergantungan yang terlalu besar terhadap AS inilah yang harus dihilangkan. Caranya yakni dengan memperkuat ekonomi nasional," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya