Pemerintah Pakai Teknologi Brasil Genjot Produksi Bioetanol dari Tebu, Bahan Baku Pertamax Green

Nozzle Pertamax Green 95 di SPBU.
Sumber :
  • Dok. Pertamina Patra Niaga.

Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan, dalam upaya mempercepat industrialisasi bioetanol di dalam negeri, maka pabrik tebu penghasil bioetanol di kawasan Mojokerto, Jawa Timur, nantinya akan menggunakan teknologi dari Brasil.

Muhammadiyah Alihkan Dana dari BSI Tidak Akan Ganggu Industri Perbankan Syariah, tapi...

Di mana, salah satu pabrik di kawasan tersebut yakni pabrik bioetanol milik PT Energi Agro Nusantara (Enero), telah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 4 November 2022 lalu.

Dia menjelaskan, meskipun pemerintah sudah menetapkan standar mutu atau spesifikasi campuran BBM dengan bioetanol 5 persen (E5), sebagaimana yang diluncurkan Pertamina melalui Pertamax Green 95, namun dia mengakui bahwa sampai saat ini Indonesia masih mengimpor etanol.

Blockchain Buka Peluang Lapangan Kerja di Berbagai Sektor Ekonomi, Ini Penjelasannya

Menteri ESDM, Arifin Tasrif jelaskan persoalan izin ekspor mineral ke DPR.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia/tangkapan layar.

"Sekarang kebun-kebun tebu di Jawa Timur akan diupayakan (berproduksi) dengan teknologi dari Brasil, supaya bisa memproduksi itu (bioetanol)," kata Arifin di kantornya, dikutip Sabtu, 2 September 2023.

Diusung Nasdem Jadi Cagub Jabar, Putra Habibie Blak-blakan Pernah Disarankan Maju DKI

Arifin mengatakan, apabila uji coba ini berhasil, maka pengembangan produksi Bioetanol juga akan dilakukan di perkebunan tebu di Papua dengan menggunakan teknologi yang sama. 

"Karena dulu bibit tebu itu asalnya dari Papua, pindah ke Portugis, baru ke Brasil. Nah, sekarang balikin lagi ke habitatnya," ujar Arifin.

Pertamax Green 95

Photo :
  • VIVA

Saat ditanya apakah ada kemungkinan produksi tebu untuk keperluan Bioetanol itu akan berbenturan dengan pasokan untuk industri gula, Arifin pun membantah hal tersebut.

Menurutnya, apabila luas perkebunan tebunya ditambah dan produktivitasnya dipacu lebih tinggi, maka hal itu diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan pasokan tebu bagi industri energi maupun untuk produksi gula sebagai bahan makanan.

"Kalau kebun tebunya digedein, produktivitas per hektarenya dibanyakin, enggak berebut dong. Jadi buat makan ada, buat energi ada," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya