Credit Bureau Indonesia Ungkap Peran Data Alternatif Bantu Dongkrak Kinerja Kredit

Ilustrasi data
Sumber :
  • pixabay

Bali –  Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), Credit Bureau Indonesia (CBI) menegaskan, penggunaan data alternatif dalam Credit Reporting menjadi makin relevan dalam kondisi terbatasnya cakupan data kredit.

24 Sniper dan Tim Penyelamat Kopasgat Siap Amankan Tamu KTT WWF 2024 di Bali

Hal itu disampaikan Rawuh Ivan Irawan, Direktur Teknologi Informasi CBI, di dalam geelaran nternational Committee on Credit Reporting (ICCR) 2023, yang diadakan oleh Asia Pacific Regional Consulting Group 24-26 Oktober lalu di Bali. Acara ini mempertemukan para pemimpin dan pakar dalam bidang pelaporan kredit dan teknologi keuangan dari seluruh dunia.

"Penggunaan data alternatif dalam Credit Reporting menjadi makin relevan dalam kondisi terbatasnya cakupan data kredit. Di Indonesia data kredit baru dapat mencakup sekitar 70 persen dari populasi yang membutuhkan akses pembiayaan,” ujar Ivan dikutip dari keterangannya, Sabtu, 28 Oktober 2023.

Ada Unsur 21+, Netizen Salfok Kue Bridal Shower Mahalini Raharja

Ilustrasi utang.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

“Data Alternatif ini meliputi data utilitas, Telco, data rental, verikasi penghasilan, e-Commerce, investasi dan lain-lain. Data ini dapat menjadi informasi yang berharga terhadap calon debitur yang belum memiliki data kredit, atau memiliki data kredit yang amat terbatas,” tambahnya.

Kendaraan Tempur Pengawal Para Kepala Negara saat World Water Forum di Bali

Namun, Ivan Irawan juga mengingatkan bahwa penggunaan data alternatif ini membawa risiko-risiko tertentu, seperti risiko akurasi, kualitas, legalitas, privasi, dan kepatuhan. Integrasi data alternatif dengan data kredit yang ada juga menjadi tantangan tersendiri, sehingga monitoring yang lebih intensif perlu dilakukan untuk memastikan kinerja informasi yang dihasilkan dari data alternatif.

"Implementasi UU PDP menjadi tambahan pekerjaan rumah bagi Biro Kredit untuk memastikan keabsahan penggunaan data alternatif sehingga dibutuhkan transparansi terkait sumber data dan consent pemilik data," ugnkapnya.

Lebih lanjut dia juga menyoroti pentingnya kerja sama dari berbagai pihak terkait, termasuk regulator. Khususnya untuk mewujudkan sinergi dalam mencapai tujuan utama penguatan credit report, yakni memperluas inklusi keuangan, memberikan akses pembiayaan bagi semua segmen, baik yang bankable maupun yang masih unbankable

Even ICCR 2023 terbukti menjadi platform yang dinamis dan penuh wawasan bagi Credit Bureau Indonesia untuk berbagi pengetahuan, mendapatkan wawasan berharga, dan terlibat dalam percakapan yang produktif dengan pemimpin industri lainnya. Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran gagasan mengenai penggunaan data alternatif yang bertanggung jawab dalam pelaporan kredit.

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Sementara itu, Agus Subekti Direktur Utama CBI menyampaikan ICCR Asia Pacific Regional Consultative Group 2023 adalah pertemuan yang sangat penting guna beradaptasi cepat perubahan yang terjadi.

"Penggunaan data alternatif telah berkembang dengan cepat, dan penting bagi CBI untuk menjaga keselarasan antara inovasi dan inklusi keuangan" ungkap Agus.

Kehadiran Credit Bureau Indonesia dalam ICCR 2023 memperkuat komitmennya untuk praktik pelaporan kredit yang bertanggung jawab dan aman, mengembangkan inklusi keuangan sambil tetap menjunjung tinggi standar tertinggi dalam hal privasi dan keamanan data. Perusahaan ini terus berperan penting dalam pengembangan dan inovasi pelaporan kredit di Indonesia dan sektor keuangan secara lebih luas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya