Gas Bumi Bisa Jadi Energi Alternatif di Era Transisi, Ini Alasannya

Tempat pengolahan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kutai Kartanegara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, penggunaan energi fosil masih diperlukan untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat, di tengah periode transisi menuju penggunaan energi terbarukan secara menyeluruh.

PLN Indonesia Power Siapkan Ragam Listrik EBT untuk Kebutuhan 35 Tahun ke Depan

Karenanya, Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM, Mirza Mahendra mengatakan, salah satu energi fosil yang harus terus dikembangkan pada masa transisi energi, antara lain adalah energi gas bumi.

"Sebagai energi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan minyak bumi dan batu bara, gas bumi juga dapat dimanfaatkan sebagai energi transisi sebelum beralih 100 persen ke Energi Terbarukan di sektor transportasi dan juga pada pembangkit listrik," kata Mirza dalam keterangannya, Kamis, 16 November 2023.

Kendaraan Tempur Pengawal Para Kepala Negara saat World Water Forum di Bali

Tempat pengolahan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kutai Kartanegara

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Dia menambahkan, Kementerian ESDM akan tetap menggunakan energi fosil sebagai sumber energi sementara, selama masa transisi menuju Net-Zero Emission (NZE) di Indonesia.

Sunra Bangun Pabrik Motor Listrik Senilai US$120 Juta, Kemenperin: Iklim Investasi RI Makin Kondusif

"Kita tidak hanya membahas lingkungan, tapi kita juga perlu mempertimbangkan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan," ujar Mirza.

Menurutnya, secara umum transisi menuju emisi nol bersih memerlukan perubahan, yang dapat dikategorikan ke dalam sejumlah pilar seperti misalnya peningkatan intensitas energi yang membantu mengurangi biaya transisi.

Kemudian, dekarbonisasi pembangkit listrik untuk mengurangi emisi langsung di sektor ketenagalistrikan, serta peralihan ke bahan bakar rendah emisi.

"Mewujudkan target net zero emisi memerlukan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, termasuk institusi dan lembaga, dengan akademisi dan kalangan industri terkait," kata Mirza.

"Melalui kolaborasi yang kuat, maka akan dapat mencapai dampak yang lebih besar dalam mengurangi emisi dan bergerak menuju net-zero emission," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya