Rupiah Loyo Dibayangi Penurunan Surplus Neraca Dagang RI

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diprediksi akan ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Selasa, 19 Maret 2024. Dalam perdagangan di pasar spot pukul 10.55 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 15.711 per dolar AS. Posisi itu melemah 20 poin atau 0,13 persen, dari posisi sebelumnya di level Rp 15.691 per dolar AS.

Melemah ke Level Rp 16.058 Per Dolar AS, Ada Harapan Rupiah Menguat Hari Ini

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 15.672 per Senin, 18 Maret 2024. Posisi rupiah itu tercatat melemah 48 poin dari kurs sebelumnya yang berada di level Rp 15.624.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim menjelaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan berpotensi terus menyempit sepanjang tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mencapai US$870 juta, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar US$2,02 miliar. 

Rupiah Menguat Pagi Ini Terdorong Optimisme Ekonomi RI Bakal Tumbuh di Atas 5 Persen

"Surplus yang berlanjut hingga Februari 2024 bukanlah kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari penurunan pertumbuhan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Tercatat, ekspor Februari 2024 turun sebesar 5,79 persen, sementara impor turun 0,29 persen secara bulanan," ujar Ibrahim.

Ilustrasi rupiah dan dolar AS.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur BI Sebut Rupiah Menguat Menuju Rp 15.800 per Dolar AS, Ini Faktor Pendukungnya

Lebih lanjut, surplus perdagangan pada Januari dan Februari 2024 yang hanya mencapai US$2,87 miliar secara kumulatif, lebih rendah dari periode yang sama pada 2023. Hal ini berpotensi menurunkan neraca transaksi berjalan di kuartal pertama 2024.  

Surplus perdagangan diperkirakan masih akan berlanjut, tetapi cenderung menyempit pada 2024. Penurunan permintaan baik di dalam maupun di luar negeri berpotensi semakin menekan kinerja perdagangan.

Karena itu, menjaga konsumsi di dalam negeri perlu terus diupayakan, agar perusahaan masih bisa berproduksi. Di sisi lain, transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh pendapatan primer, bukan hanya karena aktivitas perdagangan yang dipengaruhi oleh aktivitas arus investasi portofolio, investasi langsung, dan lainnya.

Sementara itu, baik neraca jasa maupun neraca pendapatan primer selama 15 tahun, selalu mencatatkan defisit dan menekan kinerja transaksi berjalan. Oleh karena itu, jika neraca perdagangan barang tidak mengalami surplus yang tinggi, maka akan sulit bagi transaksi berjalan Indonesia untuk mencatatkan surplus.

"Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.680 - Rp 15.760," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya