Pembangunan Infrastruktur Asia Afrika Butuh US$8 Triliun

Presiden China Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo di Jakarta, 22 April 2015.
Sumber :
  • REUTERS/Adi Weda
VIVA.co.id
- Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Yuri Oktavian, mengatakan pembangunan infrastruktur di kawasan Asia Afrika membutuhkan dana hingga US$8 triliun atau lebih dari Rp100.000 triliun.


Yuri menyebut, Rabu, 22 April 2015, jumlah itu tidak bisa ditalangi oleh Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan Asian Development Bank (ADB), yang hanya mampu menyediakan ratusan miliar dolar.


"Karena itu perlu dibentuk bank khusus, untuk pendanaan pembangunan infrastruktur. Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang digagas China bisa menjadi solusi yang tepat,” kata Yuri, di sela acara Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta.
Bank Dunia Ajak AIIB Tekan Kemiskinan Ekstrem di Asia


AIIB Jawaban dari Kebutuhan Infrastruktur Asia?
Yuri menyebut, masyarakat internasional menaruh minat luar biasa pada AIIB. Bahkan, negara-negara makmur Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Prancis tertarik untuk bergabung dengan AIIB.

China Pimpin AIIB, 57 Negara Dipastikan Bergabung

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam pidato pembukaan KAA, mengatakan lembaga-lembaga keuagan dunia seperti Bank Dunia, IMF dan ADB adalah lembaga usang.


"Pandangan yang mengatakan, persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF dan ADB adalah pandangan yang sudah usang, perlu diubah," kata Joko.


Pada pidatonya Joko juga menyerukan, agar negara-negara di Asia dan Afrika menghilangkan dominasi negara lain, serta mereformasi arsitektur keuangan dunia.


Sebab, menurut Presiden, tatanan ekonomi dunia saat, ini masih menampilkan ketidakadilan. Negara-negara kaya seolah memiliki posisi yang lebih tinggi, sehingga dapat menentukan perekonomian global. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya